Adik Trio Bomber Bali Kini Lawan Terorisme, Berat Tugasnya
- bbc
Inilah kisah pembuat bom yang menerapkan pengalaman pribadinya untuk mengajak para mantan pelaku teror meninggalkan tindakan desktruktif, pengalaman yang disebutnya membawa risiko ancaman pembunuhan dari mantan teman-teman sendiri.
"Saya bisa dan ahli membuat bom. Dalam waktu lima menit saya bisa kerjakan, dan bahkan lebih mudah daripada membuat layang-layang," kata Ali memulai percakapannya, di pinggir danau di Desa Tenggulun.
Danau ini banyak meninggalkan kenangan bersama keluarga termasuk kakak-kakaknya, trio pelaku Bom Bali 1.
"Dulu banyak sekali ikan di sini, kami selalu bermain, berenang. Senang sekali waktu kecil bersama dulu," katanya lagi.
Sejumlah mantan napiter mendengarkan pengalaman korban Bom Bali 1 dan Kedubes Australia dalam Pengajian Jalan Terang di Tenggulun, Oktober 2019 lalu. - BBC
Malam sebelumnya, Ali menggelar salah satu acara yang rutin digelarnya, Pengajian Jalan Terang.
Duduk di atas tikar, sekitar 200 orang diundang, termasuk sejumlah mantan napiter, warga desa dan polisi.
Pertemuan diselenggarakan di pekarangan masjid, di depan kantor Lingkar Perdamaian, yayasan yang dibentuk Ali pada 2016.
Rumah Amrozi terletak di seberang kantor itu.
Pertemuan malam itu mendengarkan kisah korban serangan teror Bom Bali 1, Suyanto dan serangan bom kedutaan Australia Jakarta, Iwan Setiawan.
"Saya merangkak, dan yang saya lihat banyak mayat dan juga potongan-potongan tubuh," cerita Suyanto yang menjalani pengobatan bertahun-tahun akibat luka parah yang ia derita.
Mantan napiter, Ansori Hassan (tengah) dalam Pengajian Jalan Terang. - BBC
Suyanto adalah pegawai Sari Club - tempat bom seberat lebih dari satu ton meledak - dan merupakan satu-satunya staf klub yang bekerja malam itu dan selamat dalam Bom Bali 1 pada Oktober 2002.