Istrinya Tewas, Korban Maafkan Bomber Kedubes Australia Jakarta
- bbc
Pertemuan pertama dengan Hassan sekitar sembilan tahun lalu, kata Iwan, merupakan titik balik pandangannya terhadap pelaku teror itu.
Di satu ruangan di lapas pengamanan medium Permisan pertengahan Oktober 2019 lalu, pertemuan dengan Hassan tampak seperti halnya dua teman lama yang baru bertemu lagi.
Mereka berpelukan dan Iwan memperkenalkan dua anaknya, yang langsung ia sebutkan ingin mengetahui secara langsung dari Hassan, "mengapa dia melakukan pengeboman itu".
Pengamanan saat pertemuan dengan Hassan, tak seketat di Lapas Batu, tempat Rois mendekam.
"Silakan tanya biar plong , siapa sih yang mencelakai ibu [kalian], inilah saya, tanpa sengaja tanpa bermaksud, karena ilmu yang sedikit," kata Hassan memulai pembicaraan.
Sarah, 17, langsung mengajukan pertanyaan yang telah lama ingin ia ketahui.
"Waktu itu Bapak melakukan hal seperti itu, alasannya apa?"
Pertanyaan yang langsung dijawab Hassan dengan menyatakan, "Waktu itu memang karena kekhilafan saya dan teman-teman saya, dan karena lemahnya ilmu yang kita dapatkan."
"Jadi karena itu saya mohon maaf sebesar-besarnya. Alhamdulilah saya bisa dipertemukan dengan Mas Iwan dan anak-anak biar tahu. Bukan maksud saya untuk mencelakakan ayah, tapi kebetulan Mas Iwan lewat dan ada teman saya yang bawa hal itu [bom], mudah-mudahan anak-anak Mas Iwan mau memaafkan karena kekhilafan saya sebagai manusia biasa. Banyak khilaf," katanya lagi.
Sarah melanjutkan lagi dengan satu cerita yang selalu dia ingat, ketika ulang tahunnya yang kelima.
"Jadi waktu mama meninggal, pas banget ulang tahun yang kelima. Kata ayah harusnya ulang tahun aku dirayakan sore, tapi mama pagi meninggal, jadi nggak jadi dirayain ," cerita Sarah.
"Sampai sekarang, setiap mau ulang tahun, aku selalu ingat kalau ultah mama ninggalin aku. Semenjak mama meninggal, aku selalu tanya sama ayah, kata ayah mama ada di rumah Allah, terus aku tanya di mana, kata ayah di masjid. Terus aku sempat hilang, nenek cari aku. Kata tetangga, Sarah ada di masjid, akhirnya dijemput."
"Aku bilang, aku tunggu mama, karena kata ayah, mama ada di rumah Allah. Aku berharap mama pulang, sampai sekarang mama nggak pulang-pulang," katanya lagi, menghapus air matanya.