Fakta Tentang Natuna yang Jadi Lokasi Observasi WNI dari Wuhan
- ANTARA FOTO/Kementerian Luar Negeri RI/mrh/aww
VIVA – Kebijakan pemerintah menetapkan Natuna, Kepulauan Riau sebagai lokasi observasi 245 WNI dari Wuhan, China mendapat penolakan. Kali ini, penolakan langsung dari warga Natuna dengan menggelar aksi turun ke jalan, Sabtu, 1 Februari 2020.
Pemerintah punya alasan menetapkan Natuna sebagai lokasi observasi untuk WNI dari Wuhan, China. Natuna dinilai memiliki tempat aman sebagai area militer.
"Kita telah tetapkan lokasinya, yakni di Pulau Natuna," kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto di Ruang VIP Terminal 1, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Sabtu, 1 Februari 2020 dilansir dari VIVAnews.
Hadi menjelaskan, sebelum menetapkan lokasi itu, sudah dilakukan proses observasi kelayakan. Mulai kelengkapan fasilitas, sarana medis, sampai akses transportasi. Natuna sebagai area militer juga memiliki runwaypesawat yang mau mendarat.
"Yang mana memiliki tempat isolasi yang jauh dari penduduk. Ditambah, Natuna merupakan pangkalan militer dengan fasiltas rumah sakit yang dikelola tiga angkatan TNI," ujarnya.
Rencananya, observasi untuk WNI ini berlangsung selama dua pekan. Sementara, untuk tim penjemput serta kru pesawat yang terlibat proses evakuasi dilakukan observasi selama tiga hari. Jika tak ada hambatan, para WNI dari Wuhan tiba di Natuna pada Minggu besok, 2 Februari 2020.
Lokasi sudah steril
Bupati Natuna, Abdul Hamid Rizal, mengatakan saat ini lokasi karantina WNI yang berasal dari Wuhan, China di Lanud Raden Sadjad, sudah disterilkan. Pemerintah setempat telah melarang Warga untuk mendekat ke lokasi Karantina tersebut.
"Memang sekarang sudah isolasi tidak boleh ada warga yang mendekat ke situ. Dan sampai saat ini belum ada laporan warga kita yang kena batuk sesak nafas atau pilek itu belum ada," kata Abdul Hamid di Gedung DPR, Selasa 4 Februari 2020.
Abdul juga menyampaikan bahwa terhitung mulai besok, Rabu 5 Februari 2020 Menkes Terawan akan berkantor di Natuna.
"Sebetulnya hari ini beliau mau berangkat tapi karena ada ratas tentang yang kita bicarakan itu sehingga beliau menunda besok, ke Natuna bersama kami berada di sana," kata Abdul hamid.
Sosialisasi diakui terlambat
Abdul Hamid mengakui, dalam mengumumkan lokasi karantina di Natuna, memang sedikit terlambat dan dalam keadaan yang mendesak. Sehingga masyarakat memberikan respons yang cukup khawatir.
Untuk itu, menurut Abdul, pemerintah setempat juga sudah menugaskan sejumlah dokter untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang virus Corona. Diharapkan setelah mendengar penjelasan dari para Dokter terkait Corona, masyarakat tidak menjadi was-was.
"Memang dokter kita tidak banyak tapi kami sudah menugaskan untuk menyampaikan ke masyarakat bagaimana tentang virus corona ini. sehingga masyarakat nanti biar agak lebih tenang tidak was-was," ujar Abdul.
Lokasi karantina bukan perkampungan
Selain itu, lokasi karantina juga dinilai bukan di perkampungan warga tetapi di lokasi pangkalan militer. Lokasi tersebut cukup jauh dari pemukiman warga ya g berjarak sekitar 2 kilometer.
"Itulah maka dilihat di mana pangkalan yang dianggap bisa safety dalam arti kata untuk mengisolasi itu, Itu dipangkalan militer. Di mana-mana juga di luar negeri juga di pangkalan militer. Jadi Natuna di pangkalan militer, bukan sipil, maka dibawa ke sana melalui Batam," ujarnya.
Minta 30 psikiater
Abdul Hamid Rizal mengakui telah meminta pada pemerintah pusat 20 sampai 30 psikiater. Hal ini untuk menangani warga Natuna yang was-was kedatangan WNI yang dievakuasi dari China.
"Kita minta sebanyak-banyaknyalah. Mungkin sampai 20 atau 30 orang termasuk psikiater. Ini kan masalah psikologi. Was-was itu kan masalah psikologi. Bukan masalah kesehatan," katanya.
Ia juga mengharapkan agar psikiater ditempatkan pada pos-pos yang diminta masyarakat. Saat ini pihaknya baru membuka dinas kesehatan di bidang kesehatan.
"Jadi sekarang puskesmas sudah kita jadikan pos pengaduan tentang masalah, kalau ada yang merasa kurang sehat, merasa flu, cepat ke puskesmas-puskesmas," kata Abdul.
Ia menambahkan juga akan membuat posko terpadu di lapangan pinggir pantai Piwang. "Di lapangan yang di pinggir pantai itu namanya pantai Piwang di Natuna itu kita akan bangun pos terpadu itu bersama TNI polri dan pemerintah daerah," kata Abdul.
Masyarakat Natuna sudah tenang
Sementara itu pasca rusuh yang dipicu informasi mengenai karantina WNi yang dievakuasi dari wilayah endemik virus corona di Wuhan, China beberapa hari lalu, warga mulai tenang.
Apalagi Bupati Natuna serta tokoh masyarakat sudah mendapat penjelasan dari Menkopolhukam, Menteri Kesehatan dan Mendagri.
"Sekarang tampaknya sudah mulai mengerti tentang apa yang dilakukan oleh pemerintah pusat. Jadi sudah mulai tenanglah," kata Abdul Hamid.
Abdul Hamid mengakui ricuh kemarin terjadi karena adanya miskomunikasi antara masyarakat Natuna dan pemerintah pusat. Sehingga informasi yang begitu cepat tentang virus Corona dan karantina WNI mengagetkan warga Natuna.