Fakta John Kei: Bos Preman Paling Ditakuti yang Akhirnya Insaf

John Kei bebas
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – John Refra Kei alias John Kei sudah bebas dari Lapas Permisan, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah pada Kamis pagi, 26 Desember 2019. Dia sudah menjalani dua per tiga masa tahanan dipotong remisi 3 tahun 30 hari dari vonis 16 tahun penjara yang diberikan Mahkamah Agung. 

Meski bebas lebih cepat, John Kei wajib lapor untuk sisa masa tahanannya. Dia harus tinggal di sel khusus Lapas Permisan karena terbukti bersalah melakukan pembunuhan terencana terhadap Bos Sanex Steel, yakni Tan Harry Tantono alias Ayung. Ayung ditemukan tewas terbunuh dengan 32 tusukan pada Januari 2012 di salah satu kamar di Swiss-Belhotel, Sawah Besar, Jakarta Pusat. 

Kelompok John Kei mencuat dan dikenal publik pada 2004. Dia dikenal sebagai bos preman yang diduga juga terlibat dalam pembunuhan debt collector Basri Sangaji. Basri tewas dalam pembunuhan sadis pada Oktober 2004. 

Selain jasa penagih utang, kelompok John Kei juga bergerak di bidang jasa pengawalan lahan dan tempat. Sosoknya yang dikenal sebagai penguasa dunia kekerasan dan kriminal di Jakarta itu ditakuti banyak orang. Karena itu, dia pun mendapat julukan 'Godfather of Jakarta'.  

Namun sejak divonis hukuman 16 tahun penjara atas kasus pembunuhan Ayung dan menjalani hidupnya di hotel prodeo, John Kei bilang, sudah banyak berubah ke arah yang lebih baik. Dia mengaku menemukan Tuhan, dan menjadi manusia yang baru. 

"Ketika aku bebas nanti, kuserahkan hidupku untuk melayani," kata dia dalam sebuah video. 

Nah, berikut ini fakta-fakta tentang John Kei dikutip dari sejumlah sumber:

Cita-citanya jadi intelijen

Terpopuler: Pengakuan John Kei soal Penembakan, Anies Dilarang Isi kuliah Umum di UGM

John Kei datang ke Jakarta tahun 1990-an. Ia lahir di Pulau Kei, Maluku pada 10 September 1969. John Kei menolak disebut preman, tapi lebih suka dijuluki crossboy.

Ia pernah dikeluarkan dari sekolah ketika SMA, kemudian hijrah ke Surabaya karena putus sekolah sebelum mendarat di Jakarta. Ternyata, ia melewati banyak rintangan untuk masuk Ibu Kota Jakarta. John Kei sempat menjual pakaiannya untuk beli makanan.

Kombes Hengki Haryadi Pastikan Nus Kei Tak Terlibat Bentrokan dengan Kelompok John Kei

Sejak dahulu, ia bercita-cita menjadi anggota intelijen. Namun, John Kei selalu gagal untuk menggapai cita-citanya itu. Akhirnya, ia menikah dengan Yulianti Refra pada 1997 hingga memiliki lima orang anak.

Pimpin ormas Pemuda Kei

Pengakuan Mengejutkan John Kei soal Tewasnya Anak Buah Nus Kei oleh Kelompoknya

Pada tahun 2000, banyak pemuda dari Pulau Kei hijrah ke Jakarta dan berhimpun dalam sebuah organisasi massa (ormas) bernama Angkatan Muda Kei (Amkei). Nah, John Kei ditunjuk menjadi pemimpin ormas ini.

Adik John Kei, yakni Tito Kei juga bergabung dalam ormas tersebut. Ormas ini bergerak di bidang penagihan utang, jasa pengawalan lahan dan tempat. Kelompok ini bersaing dengan Basri Sangaji dan Hercules.

Baca juga:

Respons SBY soal Kasus Jiwasraya: Salahkan Saja Masa Lalu

Pangkas Jabatan di Kemendikbud, Jokowi Cuma Kasih Nadiem 1 Staf Ahli

Kelompok John Kei berurusan dengan aparat

Dalam menagih utang klien, John Kei tak jarang melakukan kekerasan demi mendapatkan uang pesanan klien. Bahkan, Basri pun tewas akibat konflik yang terjadi di Diskotek Taman Sari pada Maret 2004.

Waktu itu, kelompok John Kei menyerang kelompok Basri yang bertugas menjaga diskotek tersebut. Akibatnya, belasan orang terluka dari kedua kubu dan dua anggota kelompok Basri tewas. 

Kemudian, bentrokan kembali terjadi dan kakak kandung John Kei, yaitu Walterus Refra Kei tewas dalam peristiwa tersebut. Lalu, diduga terjadi aksi balas balas dendam hingga Basri tewas terbunuh.

Dari sini, kelompok John Kei semakin mendapatkan banyak klien ketika Basri Sangaji tewas terbunuh dan anggota keloompoknya tercerai berai. Tentu, masih banyak lagi kisah John Kei dan kelompoknya dalam menjalankan bisnisnya.

Puncaknya saat John Kei ditangkap dan divonis 16 tahun penjara atas pembunuhan Ayung di Swiss-Berhotel pada akhir Januari 2012. Pembunuhan itu dilatarbelakangi masalah tunggakan pembayaran jasa penagihan utang senilai Rp600 juta. 

John Kei marah karena Ayung ingkar janji membayar upah setelah membantunya menagih utang. Karena kesal, Ayung dihujami tusukan senjata tajam oleh anak buah Kei.

Insaf, tak mau balik ke dunia hitam

John Kei mengaku jika selesai menjalani masa hukum dan diberikan kebebasan, maka ia tidak akan kembali ke kehidupan sebelumnya. Bahkan, ia berniat akan mengabdikan hidup untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

John Kei mulai berubah ketika dipindah ke LP Nusakambangan pada Minggu, 2 Maret 2014. Sebelumnya, ia dipenjara di Rutan Salemba. Di LP Nusakambangan, ia terlihat lebih sering berada di gereja untuk beribadah.

Bersama puluhan warga binaan LP Batu Nusakambangan yang beragama Nasrani, ia hadir di acara peresmian gereja pada Rabu, 2 April 2014. John Kei tampak khusyuk menyanyikan lagu-lagu rohani. 

Di hadapan para jemaat, pria Maluku itu menangis saat melantunkan lagu pujian yang berisi tentang penyesalan dosa dan upaya perbaikan melalui kasih Tuhan.

“Di Nusakambangan ini saya menemukan titik balik untuk kembali kepada Tuhan," kata John Kei.

Natal kemarin menjadi perayaan terakhir baginya di Lapas Permisan. Dia pun sempat memberkan kotbah kepada ratusan jemaat. Selepas bebas dari penjara, John Kei berkeinginan menjadi rohaniawan lapas, yang akan berkunjung dari lapas ke lapas. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya