Kemenhumkam Beberkan Ciri-ciri Orang yang Terpapar Radikalisme

Ilustrasi/ Aksi protes korban intoleransi beragama di Indonesia beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA – Inspektur Wilayah III Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumkam), Ahmad Rifai, membeberkan ciri-ciri orang yang terpapar radikalisme dan intoleran.

Ini Tantangan Terbesar Prabowo-Gibran dalam Pemberantasan Terorisme

Menurutnya, mereka yang memiliki gagasan perubahan serta menolak yang sudah menjadi mainstream arus utama, baik dalam kehidupan keagamaan maupun politik, adalah ciri khas sudah terpapar radikalisme.

"Mereka menolak yang sudah menjadi mainstream arus utama kita, baik keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah, maupun politik. Kalau mereka sudah mau mengubahnya, ini sangat berbahaya," kata Rifai di Jakarta, Selasa, 10 Desember 2019.

BNPT Sebut Anak-anak Hingga Perempuan Rentan Terpapar Radikalisme

Ia menuturkan, mereka juga memiliki doktrin takfiri, yaitu mengkafirkan orang yang tidak sepaham dengan mereka. Kemudian, ada juga doktrin jihadis, di mana mereka bisa melakukan kekerasan apapun seperti kejadian di Medan, Sumatera Utara dan Banten.

"Jadi kalau tidak sesuai, tidak sepemahaman mereka, ya, menghalalkan segala cara. Mereka selalu menganggap dirinya paling benar yang lain salah. Ini belajarnya dengan kacamata kuda. Referensi mereka sangat sedikit, nafsunya besar," tegas dia.

BNPT: Hanya di Indonesia, di Luar Negeri Tidak Ada Pelaku Teror yang Melibatkan Anak Kecil

Rifai menyebut memang sudah begitu marak dan masif paham radikal, yaitu suatu ide gagasan untuk melakukan perubahan baik perubahan sosial maupun politik, khususnya keagamaan.

"Nah, ini yang jadi perhatian pemerintah supaya jangan sampai terjadi instabilitas perubahan-perubahan ini terhadap kemapanan NKRI," paparnya.

Menurut dia, konflik yang terjadi di Timur Tengah seperti Suriah maupun Irak harus menjadi pelajaran bagi Indonesia. Sebab, konflik yang terjadi di sana ingin mengubah pemahaman politik maupun keagamaan atau keyakinan.

"Ujung-ujungnya nanti melawan sistem yang ada. Baik ajaran keagamaan maupun unsur politik yang sudah ada," jelasnya.

Ia mengatakan apabila ini semua tidak dikelola dengan baik dan tidak dicegah dari sekarang, maka berakibat disharmonisasi, baik di tengah masyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Apakah kita mau seperti Suriah dan Irak yang tidak pernah berhenti terjadinya kekisruhan?" ungkap Rifai, mempertanyakan.

Muhammad Herindra

Kepala BIN Ungkap Potensi Kekacauan Jelang Pilkada, Ada Ancaman Terorisme

Kepala BIN mengungkapkan potensi kekacauan menjelang Pilkada 2024. Salah satu fase kritis yang berpotensi menimbulkan kekacauan saat Pilkada adalah minggu tenang.

img_title
VIVA.co.id
7 November 2024