Megawati Bilang Nyuwun Sewu ke Sri Mulyani, Ada Apa?
- ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
VIVA – Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri mendapat anugerah sebagai Tokoh Pelopor Penguatan dan Modernisasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika untuk Kemanusiaan dan Lingkungan dari BMKG pada Senin, 25 November 2019. Saat pidato, Mega mengucapkan nyuwun sewu kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani yang hadir pada acara tersebut.
Ketua Umum PDI Perjuangan itu juga mengucapkan nyuwun atau minta beberapa kali kepada Sri Mulyani. Sementara istilah nyuwun sewu dalam bahasa Jawa merupakan sebuah ungkapan untuk meminta izin atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan permisi. Â
Mulanya Mega menceritakan tentang kunjungannya ke BMKG China. Di sana, dia ditunjukkan teknologi canggih yang digunakan di negara itu untuk mendeteksi gempa. Begitu juga dengan penyebaran informasi soal gempa ke publik.
"Saya diminta hentakkan kaki kuat-kuat. Lalu alarm bunyi dan tiba-tiba semua alat di situ hidup. Ternyata kuatnya hentakan kaki saya itu 8,7. Jadi, inti untuk Ibu Sri. Saya nyuwun (minta) supaya bisa seperti RRT (China)," kata Megawati dalam pidatonya di Auditorium BMKG, Jakarta, Senin, 25 November 2019.
Selain mengunjungi China, dia juga sempat mendatangi Jepang terkait penggunaan teknologi canggih yang digunakan dalam mendeteksi gempa. Setelah dari sana, Megawati penasaran dan bertanya mengenai detail teknologi tersebut kepada seorang ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dari sang ahli, Megawati diberi tahu bahwa alat penyebaran informasi atau alarm seperti itu hanya bisa dilakukan dengan membeli satelit. Satelit diyakini dapat mempercepat penyampaian informasi suatu bencana kepada masyarakat.
"Saya langsung bertanya berapa harga satu satelit. Ini mumpung ada Bu Ani. Saya nyuwunlah. Enam Menit itu berharga dan kita sayang nyawa. Katanya harganya Rp1,4 triliun. Saya bilang, why not kalau untuk menolong manusia sebegitu banyak. Jadi tolong dihitung. Kalau mungkin dikerjasamakan dengan siapa gitu karena ini untuk kemanusiaan dan rakyat kita," tutur Mega.
Dalam kesempatan tersebut, Megawati juga berbicara bagaimana Indonesia harus meniru Jepang dalam menghadapi bencana alam. Dia pun mendesak pemerintah untuk memasukkan pelajaran tanggap bencana dalam kurikulum pendidikannya dan diterapkan secara aktif di sekolah-sekolah.
Tak cuma itu, dia juga menyinggung soal potensi gempa besar di Jakarta. Menurutnya, perlu ada brigade pemadam kebakaran untuk menanganinya jika hal itu benar terjadi. Karena itu, dia kembali meminta Sri Mulyani mencontoh negara tersebut dalam politik anggarannya untuk membangun sistem tanggap bencana.
"Nyuwun sewu loh. Ada yang bisik-bisik, Ibu (Sri Mulyani) ketat gitu, apa pelit? Saya tidak tahu. Coba tanya saja ke orangnya sendiri. Nyuwun sewu loh," kata Megawati, disambut tawa tamu yang hadir.
Sementara acara itu juga dihadir Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Selain itu, Menteri ESDM Arifin Tasrif, Menteri Riset dan Teknologi atau Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS dan Brodjonegoro.
Ada juga Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar. Hadir juga Kepala BNPB Doni Monardo, Kepala Basarnas Bagus Puruhito, Ketua DPR Puan Maharani serta Ketua BPK Agung Firman Sampurna.