Staf Khusus Milenial Jokowi Bikin Lembaga Kepresidenan Obesitas
- bbc
Keputusan Presiden Joko Widodo untuk menambah jumlah staf khusus menjadi 13 dengan memasukkan tujuh milenial merupakan cermin langkah politik akomodatif, menurut pengamat politik Universitas Indonesia Cecep Hidayat.
Cecep mengatakan, dalam proses pembuatan kabinet, Jokowi relatif tidak otonom dan terlihat mengakomodir semua kepentingan dari partai koalisi pendukung, para relawan, hingga mantan lawan politiknya.
Semua kepentingan itu, lanjut Cecep tercermin dalam penunjukan posisi menteri, wakil menteri, staf khusus di Kantor Staf Presiden hingga staf khusus presiden, termasuk penunjukkan terbaru staf khusus milenial yang terdiri dari tujuh orang.
"Jokowi ini sudah mengakomodasi banyak kelompok. Akhirnya lembaga kepresidenan yang ada gemuk, tambun bahkan obesitas. Akhirnya corong atau artikulasi saluran untuk memberikan input ke presiden terlalu banyak yang harus diperhatikan presiden," kata Cecep saat dihubungi BBC News Indonesia, Jumat (22/11).
Di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/11), Jokowi mengumumkan tujuh staf khusus baru dari kalangan milenial. Mereka adalah pendiri Creativepreneur Putri Tanjung, pendiri Ruangguru Adamas Belva Syah Devara, perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewa, pendiri ThisAble Enterprise Angki Yudistia, direktur PT Papua Muda Inspiratif Billy Mambrasar, mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Indonesia Aminuddin Ma`ruf dan pemimpin PT Amartha Mikro Fintech Andi Taufan Garuda Putra.
Di antara staf khusus milenial, Putri Indahsari Tanjung, putri pengusaha Chairul Tanjung, tercatat sebagai anggota termuda dengan usia 23 tahun dan Ayu Kartika Dewa berusia 36 tahun.
Selain mereka, Jokowi juga telah memiliki enam staf khusus, yaitu Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana, Sukardi Rinakit, Arif Budimanta, Diaz Hendropriyono, Dini Shanti Purwono dan Fadjroel Rahman, ditambah satu asisten pribadi presiden Anggit Nugroho.