6 Tokoh Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional, Ada Jurnalis
- VIVA/Agus Rahmat
VIVA – Enam tokoh Indonesia dianugerahi gelar pahlawan nasional tahun 2019 oleh pemerintah. Keenam tokoh tersebut punya latar belakang beragam.
Dikutip dari VIVAnews, keenamnya dikukuhkan sebagai pahlawan nasional karena dianggap sudah berjuang untuk bangsa dan negara. Baik dalam perjuangan bersenjata atau politik dan bidang lainnya untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Penetapan mereka sebagai pahlawan nasional tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 12/TK Tahun 2019 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, yang ditetapkan di Jakarta, 7 November 2019. Sementara penganugerahan gelar pahlawan nasional dilakukan di Istana Negara hari ini, Jumat, 8 November 2019 dengan upacara yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dari enam tokoh itu, tiga tokoh merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Mereka, yakni KH Abdul Kahar Mudzakir, Alexander Andries (A. A) Maramis, dan KH Masykur.
"Kahar Muzakir bersama A. A Maramis dan KH Masykur sebagai anggota BPUPKI/PPKI tersisa yang belum dapat gelar pahlawan. Jasa mereka sangat besar," kata Wakil Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Negara, Jimly Asshiddiqie.
Tokoh lain yang juga mendapat gelar pahlawan nasional, yakni seorang pendidik Profesor Dr Sardjito. Dia pernah menjabat sebagai rektor universitas di Yogyakarta, yakni Rektor pertama Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 1950-1961 dan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) periode 1964-1970.
Selain itu, seorang jurnalis perempuan dari Sumatera Barat yang juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Dia adalah Ruhana Kudus. Tokoh daerah dari Sulawesi Tenggara, Sultan Himayatuddin Saidi atau Oputa Yii Ko juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
"Sultan yang melawan Belanda, sehingga terpaksa turun takhta, lalu sesudah berjuang naik takhta dua kali jadi sultan," ujar Jimly.
UGM bangga
Sementara itu, Rektor UGM Panut Mulyono menyatakan bahwa penghargaan yang diberikan kepada Sardjito merupakan kebanggaan bagi civitas akademika UGM. Dia pun berharap semoga kita bisa meneladani semangat dan ketulusan Sardjito dalam berjuang untuk masyarakat, bangsa dan negara.
"Almarhum Profesor Sardjito adalah ilmuwan pejuang dan pejuang ilmuwan," kata Panut.
Bahkan untuk mengenang jasanya, UGM mengabadikan nama Sardjito menjadi nama rumah sakit di lingkungan universitas. Adapun pengusul Sardjito menjadi pahlawan nasional adalah UGM. UGM memperjuangkan nama Sardjito selama sembilan tahun sejak 2011 hingga akhirnya mendapat gelar tersebut.
Salah seorang anggota tim pengusul, Sutaryo mengatakan bahwa Sardjito pada era kemerdekaan fokus dan aktif di bidang pendidikan. Selain itu, Sardjito juga peletak Pancasila sebagai dasar perguruan tinggi di Indonesia. Sardjito pun dikenal sebagai pendiri PMI dan banyak meneliti obat-obatan untuk masyarakat dan pejuang kemerdekaan. "Sarjana komplet. Aktif di sosial, budaya, perdamaian dan seni rupa," ujarnya.