Masalah Kesehatan Jiwa Meningkat, Tapi Akses Perawatannya Terbatas
- ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
"Kadang masyarakat masih malu ada keluarganya yang sakit jiwa dan justru dipasung," ujarnya.
Sebelum ada BPJS, Ismi Chalifati Lazuaria yang didiagnosa mengidap bipolar sejak dua dekade lalu mengaku kesulitan mendapat akses pengobatan untuk kondisi kejiwaannya.
Namun dia mengaku perlindungan jaminan dari BPJS membuatnya lebih mudah mendapat pengobatan dan konsultasi.
"Orang orang dengan ODGJ mereka bisa mendapat rujukan dari Puskesmas, mereka tinggal datang ke rumah sakit, dan mendapatkan pelayanan, mulai dari konsultasi dan mendapatkan obat sesuai yang dibutuhkan," jelas Ica.
Terkait dengan peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun ini, WHO mengajak semua pihak untuk turut berkontribusi terhadap masalah kesehatan jiwa melalui tantangan bertajuk "40 Second of Action", di mana setiap orang bisa berperan dan berkontribusi mencegah terjadinya kasus bunuh diri.
Aksi-aksi itu bisa dilakukan di ranah privat, misalnya dengan mengajak berbicara teman yang menderita masalah kejiwaan.
Gerakan ini merujuk pada data organisasi kesehatan dunia (WHO) yang mencatat setidaknya 800.000 orang meninggal dunia karena bunuh diri setiap tahunnya. Ini sama saja dengan satu orang setiap 40 detik.