Masalah Kesehatan Jiwa Meningkat, Tapi Akses Perawatannya Terbatas
- ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
"Padahal belum tentu", tegas Igi.
"Banyak ODB bisa mengendalikan emosi mereka dan mereka bisa produktif. Jadi seperti fenomena gunung es, yang di atas kelihatan lebih sedikit, yang di bawah banyak dan mereka sebenarnya enggak mau terus-terusan disebut labil, mereka merasa menderita dengan `kelabilan` mereka," imbuhnya kemudian.
`Semua orang memiliki kecenderungan`
Benny Prawira, pendiri Into The Light Indonesia, komunitas yang berfokus sebagai pusat advokasi, kajian, dan edukasi pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa di Indonesia, mengungkapkan "semua orang memiliki kecenderungan untuk memiliki gangguan jiwa".
"Meskipun mempunyai kecenderungan tapi belum tentu berkembang menjadi gangguan, jadi kita bilangnya gangguan masalah kejiwaaan, bukan gangguan kejiwaan," jelas Benny.
Orang dengan masalah kejiwaan, lanjut Benny, bisa jadi siapa saja yang memiliki kerentanan. Penyebab masalah kejiwaan antara lain "pekerjaan terlalu banyak, politik kantor, atau masalah sehari-hari di lingkungan macet yang luar biasa dan drama kehidupan lainnya".
Berdasarkan data WHO tahun 2018, depresi merupakan gangguan jiwa yang paling sering terjadi dan menjadi salah satu penyebab utama disabilitas.
Lebih dari 300 juta penduduk dunia mengalami depresi. Masalah kejiwaan lainnya yang sering terjadi adalah bipolar, dimana sekitar lebih dari 60 juta penduduk dunia menderita penyakit ini,
Sementara, masalah kejiwaaan berat yang sering terjadi adalah skizofrenia dan psikosis lainnya, sekitar 23 juta orang di dunia mengalaminya.
- BBC