Jubir Alumni 212 Novel Bamukmin Jadi Saksi Penculikan Pendukung Jokowi
- Ridho Permana
VIVA – Kasus dugaan penculikan dan penganiayaan, terhadap pegiat media sosial dan pendukung Joko Widodo, Ninoy Karundeng kian melebar. Kabarnya juru bicara Persaudaraan Alumni (PA) 212, Novel Bamukmin akan dimintai keterangan sebagai saksi.
Berdasar surat panggilan yang beredar dikalangan media, Novel bakal dipanggil Polda Metro Jaya, Kamis 10 Oktober 2019. Surat panggilan bernomor : S Pgl/9902 /X/RES.1 atas pelapor bernama Ninoy N. Karundeng dengan surat Laporan Polisi Nomor : LP/6280/X/2019/PMJ/Dit Reskrimum 01 Oktober 2019. Novel sendiri mengakui pemanggilan tersebut.
"Benar saya dipanggil pemeriksaan Kamis jam 14.00 WIB. Insya Allah saya hadir guna memberikan pelurusan berita yang simpang siur selama ini," kata dia saat dikonfirmasi wartawan, Senin 7 Oktober 2019 yang dilansir dari VIVAnews.
Sementara itu, terkait hal ini, polisi mengatakan semua pihak yang ada kaitannya tentu akan dimintai keterangan. Sejauh ini selain Novel, adalah Sekretaris Jenderal Persaudaraan Alumni (PA) 212, Bernard Abdul Jabbar yang juga dimintai keterangan. Dia diperiksa hari ini.
"Nanti yang ada kaitannya semua pasti akan kita layangkan pemanggilan untuk kita mintai keterangannya," kata Argo.
Sebelumnya, sebuah video menampilkan pegiat media sosial dan pendukung Jokowi yakni Ninoy Karundeng, dengan wajah lebam tersebar luas. Dalam video itu, Ninoy diduga sedang diinterogasi oleh sejumlah pria pada sebuah ruangan.
Pada video tersebut terdengar jelas percakapan Ninoy dengan seorang pria yang sedang menanyakan beberapa hal kepada Ninoy. Pria itu bertanya terkait kegiatan Ninoy yang diduga datang saat aksi unjuk rasa.
"Jawab baik-baik ya, yang suruh kamu datang ke sini itu siapa? Kerasin suaranya," tanya pria tersebut dikutip dari video yang beredar, Selasa, 1 Oktober  2019.
Kemudian, Ninoy menjelaskan bahwa ia bekerja di Jokowi App. Ia pun menjelaskan, kedatangannya untuk meliput DPR dan demo.
Namun, pria dengan suara berat itu kembali bertanya maksud dari kedatangan Ninoy. Hal itu lantaran ia mendapati sebuah tulisan dalam laptop milik Ninoy berunsur kata-kata kebencian yang diarahkan kepada tokoh-tokoh. Menjawab pertanyaan tersebut, Ninoy mengaku khilaf akan perbuatannya.