Jakarta Tak Layak Huni Lagi?
- abc
"Semua ruang dipakai untuk kepentingan komersial. Ditambah lagi, transportasi publik kurang menarik, membuat orang cari kenyamanan dengan kendaraan pribadi," tuturnya kepada ABC.
Perempuan yang bekerja di pusat kota Jakarta ini lalu mengakui kualitas udara Jakarta jika dibanding dengan Melbourne -yang tergolong salah satu kota paling layak huni di dunia menurut Indeks Kelayakan Huni Economist Intelligence Unit"s (EIU) -sangat jauh perbedaannya.
"Ibaratnya udara Jakarta itu 1:1000 sama Melbourne. Soal bersihnya, kejernihan udaranya."
"Pengalaman pribadi waktu saya ke sana (Melbourne), saya melihat sangat banyak orang berjalan kaki, yang memanfaatkan transportasi publik, ataupun bersepeda."
"Padahal amit-amit jalannya banyak yang naik turun tanjakan. Tapi bahkan dalam keadaan hujan orang tetap bersepeda, jadi kaum mudanya banyak yang in good shape (bertubuh bugar)," ceritanya.
Ia mengatakan, jika Jakarta ingin meningkatkan status kelayakan huninya maka situasi multi-kepadatan di kota berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa ini harus diurai.
"Saya punya harapan besar sama pindahnya Ibu Kota, meski enggak yakin sih entah apa yang bakal berubah," sebutnya.
Laporan Bank Dunia itu juga mengungkap polusi udara di Jakarta lebih tinggi ketimbang Ho Chi Minh City di Vietnam, Kampala di Uganda, Mexico City di Meksiko dan Sao Paulo di Brazil.
Proporsi waktu yang hilang karena kemacetan (dalam persen).