Mendadak Muncul Makam dan Kediaman Soeharto di Waduk Gajah Mungkur
- Antara/ Akbar Nugroho Gumay
VIVA – Waduk Gajah Mungkur memiliki luas 8.800 hektare. Dalam membentuk genangan seluas itu, maka daerah yang harus ditenggelamkan sekitar 90 kilometer persegi, yang terdiri dari 51 desa di tujuh kecamatan.
Ketujuhnya yaitu Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko, dan Wuryantoro.
Selain bermanfaat untuk pengendali banjir, pertanian, perikanan, hingga wisata, Waduk Gajah Mungkur juga bersejarah. Pembangunan waduk yang dimulai pada 1976, dan selesai 1981, itu menenggelamkan kawasan permukiman di tujuh kecamatan.
Tahun ini, bertepatan dengan musim kemarau, debit air Waduk Gajah Mungkur Wonogiri surut atau berkurang, yang membuat beberapa peninggalan seperti permukiman, komplek pemakaman masa lalu kembali terlihat.
Berdasarkan video YouTube Kabar Wonogiri, yang dikutip VIVA, Senin, 30 September 2019, makam yang bermunculan di musim kemarau tersebut beberapa di antaranya ada di Desa Boto, Kecamatan Baturetno dan Kelurahan/Kecamatan Wuryantoro.
Kemunculan makam tersebut menampakkan pemandangan yang unik karena hanya bisa dijumpai saat kemarau memuncak. Selain permukiman dan komplek pemakaman, muncul pula Dusun Kalen Ripan di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.
Dusun ini, oleh masyarakat sekitar, diyakini bekas tempat tinggal Presiden Kedua Republik Indonesia Soeharto. Tepatnya, di rumah Pak Bei Tani.
Kalen Ripan berasal dari dua kata. Kalen berarti kali kecil atau sungai kecil. Ripan kependekan dari panguripan atau kehidupan dalam bahasa Jawa.
Dengan demikian, Kalen Ripan dapat dimaknai sebagai sungai yang menjadi sumber kehidupan. Dusun itu terletak di sekitar Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Wuryantoro, tepatnya di belakang Museum Wayang di Waduk Gajah Mungkur.
Berikut video selengkapnya: