Sosok Ananda Badudu yang Diciduk Polisi karena Bantu Demo Mahasiswa

Ananda Badudu.
Sumber :
  • Instagram Banda Neira

VIVA – Sebelumnya aktivis dan jurnalis Dandhy Laksono ditangkap dengan tuduhan menyebarkan ujaran kebencian. Kini aktivis, musisi, serta mantan jurnalis Ananda Badudu juga dijemput aparat Kepolisian Daerah Metro Jaya pada Jumat subuh, 27 September 2019.

Polri Punya Rekaman CCTV Ananda Badudu Tidak Dianiaya Saat Diperiksa

Hal tersebut diungkapkan Ananda dalam akunnya di Twitter. Dia menulis bahwa alasan dia ditangkap pihak kepolisian karena perannya dalam menggalang dana untuk mendukung gerakan unjuk rasa mahasiswa. Aksi di DPR pada 23-24 September lalu untuk menolak sejumlah undang-undang yang dinilai merugikan rakyat.

"Saya dijemput Polda karena mentransfer sejumlah dana pada mahasiswa," tulisnya.

Ananda Badudu Klaim Pernah Dianiaya, Ini Respons Polisi

Menurut kuasa hukumnya, Saleh Al Ghifari, Ananda dijemput polisi saat masih terlelap di kosannya. Polisi datang menjemputnya sekitar pukul 04.30 WIB.

Selain dikenal sebagai aktivis, pria kelahiran 26 Desember 1987 itu sebelumnya lebih banyak dikenal sebagai seorang musisi dalam band bernama Banda Neira. Bersama dengan Rara Sekar, ia banyak menelurkan karya-karya hits yang digandrungi anak muda penikmat musik.

Ananda Badudu soal Galang Dana Bantu Aksi Mahasiswa

Banda Neira mulai mencuat namanya sejak Desember 2012. Ide kemunculan Banda Neira dimulai dari proyek dua mahasiswa alumni Universitas Katholik Parahyangan, Bandung. Album pertamanya berjudul 'Berjalan Lebih Jauh' dirilis tahun 2013. Sementara yang keduanya sekaligus terakhir, 'Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti' dilepas pertengahan tahun 2016.

Sayangnya, Banda Neira memutuskan untuk bubar pada akhir 2016 lalu. Kabar tersebut membuat kecewa penggemarnya di Indonesia. Selain sebagai musisi, jebolan jurusan Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan angkatan 2006 itu juga sempat menjadi seorang jurnalis di Tempo dan Vice Indonesia. Belakangan ia bergabung dengan lembaga Amnesty International.

Cucu ahli bahasa dan penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Jusuf Sjarif Badudu (J.S Badudu) itu juga sangat aktif di media sosial, termasuk menyuarakan kritik kepada pemerintah, dukungan kepada mahasiswa dan lainnya.

Komisioner Bawaslu Lolly Suhenty usai menghadiri acara Munggahan Pengawasan bertajuk Bincang-bincang Bawaslu dengan Partai Politik peserta Pemilu tahun 2024 di Jakarta, Sabtu, 18 Maret 2023.

Bawaslu Cermati Kritik dalam Film Dokumenter Dirty Vote pada Menit ke-57

Anggota Bawaslu RI Lolly Suhenty mengatakan bahwa lembaganya berterima kasih terhadap kritik yang disampaikan dari film dokumenter Dirty Vote besutan Dandhy Dwi Laksono.

img_title
VIVA.co.id
13 Februari 2024