Poster Kocak dan Galang Dana, Demonstrasi di Zaman Media Sosial
- bbc
"Selama ini saya tidak pernah mengikuti politik dan aksi, lebih pilih santai di rumah merawat diri. Tapi kali ini aku kesal banget dan ingin demo untuk menyuarakan pikiran bahwa kami warga Indonesia tidak setuju dengan DPR," kata Rachel, 22 tahun.
Dari berbagai tuntutan mahasiswa, Rachel menyatakan bahwa RKUHP tentang aborsi dan pasal tentang korupsi yang membuatnya tergerak untuk turun ke jalan.
Dari Solo, poster bertuliskan "DPR medot janji, sumpahmu palsu koyo mantanku" (DPR ingkar janji, sumpahmu palsu seperti mantanku) diangkat oleh Rika Rianti, mahasiswa berusia 20 tahun dari Universitas Sebelas Maret.
"Sebelum dilantik DPR banyak berjanji. [...] Tapi janji tinggal janji, rakyat mana yang tidak kecewa? Seperti halnya mantan, pas awal janji-janji tapi akhirnya mengkhianati," kata dia.
Mela Anggraini, 20 tahun, mahasiswa jurusan Administrasi Negara Universitas Sjakhyakirti Palembang yang membawa poster "kukira hatiku saja yang tidak sehat, ternyata negeri ini juga", berharap negara dan rakyat berdamai untuk kesejahteraan rakyat.
Penggalangan dana melalui media sosial untuk membiayai demonstrasi mahasiswa 23-24 September 2019 berhasil mengumpulkan Rp175 juta. Jumlah ini berkali lipat lebih banyak dari target awal Rp50 juta.
Dana ini dipakai untuk membeli makanan para peserta aksi, menyewa ambulans untuk berjaga di sekitar lokasi aksi, sampai membayar biaya pengobatan mahasiswa yang terluka. Hingga Selasa malam (24 September 2019), uang yang sudah terpakai sebesar Rp80 juta.