Sedih, Anak-anak Jadi Korban Kebakaran Hutan
- tvOne
VIVA – Indonesia darurat asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda beberapa daerah di Kalimantan dan Sumatera. Beberapa hari terakhir hingga Senin pagi, 16 September 2019 tercatat di daerah yang terdampak, kualitas udaranya tidak sehat hingga sampai level berbahaya. Pekatnya kabut asap di sejumlah wilayah karhutla menyebabkan warga mengalami sesak napas, mata pedih hingga iritasi kulit.
Menurut data WHO, populasi yang rentan terhadap polusi udara adalah anak-anak, usia lanjut, perempuan, pekerja luar ruangan serta mereka yang sudah mempunyai penyakit paru atau jantung. WHO menyatakan polusi udara berdampak pada anak-anak seperti 14 persen anak usia 5-18 tahun memiliki asma yang terkait polusi udara.
Udara yang enggak sehat tentu saja memengaruhi kesehatan anak-anak. "Polusi udara juga berhubungan dengan risiko ISPA, penurunan fungsi paru, risiko kanker pada anak, gangguan perkembangan mental dan motorik, serta gangguan kognitif pada anak maupun remaja," ujar Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr. dr. Agus Dwi Susanto Sp.P(K)., beberapa waktu lalu.
Sedihnya, apa yang dikhawatirkan telah terjadi, anak-anak yang terpapar kabut asap mulai terganggu kesehatannya. Seperti Al Fikri, bocah berusia tujuh tahun asal Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Menurut laporan tvOne yang dikutip dari VIVAnews, sudah lima hari Fikri dirawat di rumah sakit karena iritasi mata. Kedua matanya diperban, ia tidak bisa membuka kedua matanya. Matanya berdarah dan terasa perih. Tergolong iritasi mata berat, Fikri pun harus menjalani pengobatan dengan suntikan dan infus.
Kabut asap pekat juga telah merengut nyawa si kecil Elsa Fitaloka. Anak pasangan Nadirun dan Ita Septiana itu baru berusia empat bulan. Dilansir dari VIVAnews, bayi asal Desa Talang Buluh, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan itu meninggal dunia akibat Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA.
Kuat dugaan, ISPA yang diidap Elsa diakibatkan oleh kabut asap yang kian pekat. Elsa menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Ar-Rasyid Palembang pada Minggu petang, 15 September 2019, sekitar pukul 18.35 WIB.
"Diagnosa awal dokter bilang kena ISPA, ada gangguan di kepala," kata Anggota Badan Permusyawaratan Daerah Talang Buluh, Agus Darwanto, yang juga kerabat korban, Minggu malam. Menurut cerita Agus, Elsa mulai merasa sesak napas sejak Sabtu malam lalu kondisinya semakin parah di Minggu pagi.
Elsa memang sempat dibawa ke bidan, tapi karena kondisinya sudah parah, kemudian ia dirujuk ke RS di Palembang. Dinas Kesehatan Banyuasin telah menerjunkan tim untuk menyelidiki penyebab kematian Elsa.