Logo timesindonesia

Anak Tukang Becak di Pamekasan Sukses Raih Gelar Doktor

Lailatul Qomariyah (27) foto bersama keluarga usai diwisuda di ITS Surabaya. (FOTO: Akhmad Syafi"i/TIMES Indonesia)
Lailatul Qomariyah (27) foto bersama keluarga usai diwisuda di ITS Surabaya. (FOTO: Akhmad Syafi"i/TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Lailatul Qomariyah (27) anak tukang becak di Pamekasan berhasil meraih gelar doktor di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.  

Anak ketiga dari tiga bersaudara ini lahir dari pasangan suami istri Saningrat (43) dan  Rusmiati (40) yang berasal dari Dusun Jinangka, Desa Teja timur, Kecaman Kota Pamekasan. 

Lailatul Qomariyah (27) mendapat beasiswa sejak kuliah S-1 hingga mendapatkan gelar Doktor di ITS Surabaya yang ditempuh selama lima tahun. Ia mengambil program doktor di Fakultas Teknik Industri ITS Surabaya.

Hari Minggu, 15 September 2019, Lailatul Qomariyah, anak kebanggaan Saningrat itu akan diwisuda dengan judul disertasi yakni Controllable characteristics silica particle and its composite production using spray process. 

Saningrat bercerita bahwa dirinya menyekolahkan anaknya dalam keterbatasan ekonomi.

"Iya untung anak saya dapat beasiswa kalau tidak dapat saya dapat dari mana uang tersebut,"ungkapnya.

Menurut Saningrat, waktu Lailatul Qomariyah kuliah, dirinya tidak mampu membelikan sepeda motor dan hanya bisa membekali anaknya dengan sepeda angin.

"Jadi waktu kuliah S1 dia berangkat dari rumah kost menuju kampusnya ITS Surabaya pakai sepeda. Saya memang tidak mampu membelikan sepeda motor buat dia," imbuhnya.

Kondisi ini wajar terjadi karena Saningrat hanya sebagai tukang becak dan istri bekerja di perusahaan tempe yang ada di desa setempat. 

"Setiap hari penghasilan dari narik becak tidak menentu kadang dapat 30 ribu bahkan kadang dalam sehari tidak dapat apa-apa. Sementara istri yang bekerja di perusahaan tempe di gaji 100 ribu dalam seminggu," ucapnya.

Saningrat menambahkan untuk menambah biaya hidup, anaknya memberikan les tambahan saat diluar jam kuliah. Dalam satu minggu hasil les tersebut bisa menghasilkan uang 100 ribu.

"Uang tersebut untuk digunakan biaya tugas makalah dan untuk makan sehari-hari," ujarnya.

Saningrat mengaku ketika anaknya memutuskan untuk tetap kuliah banyak sindiran yang diberikan orang lain. Namun sindiran tersebut tak diabaikan dan justru dijadikan motivasi untuk sang anak.

"Namum dengan tekad anak saya dan saya hanya membantu dengan do'a Alhamdulillah anak saya dapat gelar doktor," paparnya.

Sementara Lailatul Qomariyah mengaku sangat bangga mendapatkan gelar doktor.

"Alhamdulillah dengan berkat do'a dari orang tua saya dapat gelar doktor," ucapnya.

Meski dalam keterbatasan ekonomi, Lailatul Qomariyah tetap bersemangat dan yakin bisa mencapai cita-cita yang dia impikan.

"Mudah-mudahan dengan gelar doktor ini dapat menjadi contoh bagi generasi anak muda khususnya anak muda yang ada di desa asal saya," imbuhnya.