Kecemasan Warga Dayak Paser Saat Ibu Kota Pindah ke Kalimantan Timur
- bbc
Adapun, membuka lahan transmigrasi seluas 30 ribu hektare di Sepaku.
"Lahan kami diambil padahal di situ ada makam nenek moyang kami. Apalagi kalau nanti pemerintah pusat yang datang."
"Kami minta perlindungan resmi agar hak kami tidak diambil begitu saja," ujar Sabukdin.
Seorang pendamping warga adat Dayak Paser, Syukran Amin, menyebut nasib buruk selama ini telah menimpa komunitas lokal itu.
Namun, kata Syukran, tentangan Dayak Paser atas menyempitnya lahan leluhur mereka tak pernah bergaung hingga tingkat nasional.
"Ada konflik tapi tidak mencuat di media massa, karena memang belum ada gerakan atau pendampingan yang masif untuk mereka," ujarnya.
Dari arsip itu terlihat, demonstrasi hingga tuntutan komunitas Dayak Paser untuk mempertahankan lahan mereka terjadi setidaknya tahun 2011 dan 2013. Peristiwa itu terbit di media massa lokal: Suara Borneo dan Koran Kaltim .
Bagaimanapun pelepasan lahan adat tak ditentang seluruh warga Dayak Paser. Rijal Effendy, warga adat penanam karet, menyebut kelompoknya tak bakal berdaya menolak program pemerintah.
Rijal mengaku rela tanahnya dicaplok untuk kepentingan publik, namun dengan ganti rugi setimpal dalam proses menang-menang bagi para pihak.