Logo timesindonesia

Wisudawan Terbaik Unej: Nyaris Putus Sekolah, Diselamatkan Bidikmisi

Erwinda Viantasari, peraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi, yakni 3,92 dalam wisuda Universitas Jember (Unej) Periode I tahun akademik 2019/2020, Sabtu (31/8/2019). (foto: Humas Unej for TIMES Indonesia)
Erwinda Viantasari, peraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi, yakni 3,92 dalam wisuda Universitas Jember (Unej) Periode I tahun akademik 2019/2020, Sabtu (31/8/2019). (foto: Humas Unej for TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Erwinda Viantasari meraih predikat sebagai peraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi, yakni 3,92 dalam wisuda Universitas Jember (Unej) Periode I tahun akademik 2019/2020 yang dihelat Sabtu (31/8/2019).

Menariknya, perempuan yang kini menyandang gelar sarjana pendidikan tersebut merupakan penerima beasiswa Bidikmisi. Bahkan saat masih di bangku SMA, dia nyaris tak bisa melanjutkan sekolah karena faktor biaya.

“Sewaktu duduk di SMPN 2 Bangorejo, Banyuwangi, saya sudah hampir putus sekolah karena orang tua tidak mampu lagi membiayai sekolah. Tapi karena prestasi saya yang baik maka guru-guru di SMPN 2 Bangorejo sepakat mendaftarkan saya ke SMAN 1 Genteng yang merupakan sekolah favorit,” ucap Erwinda.

“Jadi selama sekolah di tingkat SMP hingga SMA saya selalu mendapatkan keringanan biaya karena berprestasi,” sambung Winda, sapaan Erwinda.

Winda memang berasal dari keluarga kurang mampu, maklum kedua orangtuanya, yakni Pairin dan Siti Atiqah hanya merupakan buruh tani yang lebih banyak bekerja saat ada orang yang membutuhkan tenaga mereka. Sementara tanah seperempat hektare milik keluarga juga tidak bisa dijadikan sebagai sandaran utama untuk hidup.

Tetapi Winda memang siswa yang penuh prestasi. Kala duduk di SMPN 2 Bangorejo, Winda selalu menempati rangking pertama secara paralel di sekolahnya selama lima semester berturut-turut hingga lulus. Begitu juga saat belajar di SMAN 1 Genteng, Winda masuk dalam kelas unggulan dan namanya jadi langganan selalu masuk dalam deretan tiga besar siswa terbaik di SMAN 1 Genteng.

“Saat duduk di SMA saya juga meraih juara pertama Olimpiade Teknologi Informasi dan Komunikasi se Kabupaten Banyuwangi. Namun yang paling membekas adalah saat saya meraih juara dua lomba desain batik khas Banyuwangi, walau hanya dapat juara kedua tetapi desain batik karya saya menjadi batik resmi SMAN 1 Genteng hingga kini,” ungkap anak bungsu dari dua bersaudara ini.

Ternyata prestasi Winda berlanjut saat ia menuntut ilmu di program studi pendidikan matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember. Winda meraih peringkat 10 besar di ajang Olimpiade Sains Nasional 2017 di Yogyakarta. Winda juga masuk dalam tim Olimpiade Nasional MIPA Universitas Jember tahun 2019 lalu.  

Beasiswa Bidikmisi memang bak dewa penyelamat bagi Winda. Sebab awalnya Winda sempat ragu melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi karena terbentur biaya. Namun dorongan dari para gurunya dan fasilitas beasiswa Bidikmisi dari pemerintah melalui Kemenristekdikti membuka masa depan yang lebih cerah baginya.

“Alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa Bidikmisi, mungkin saya tidak bisa seperti saat ini jika tidak mendapatkan bantuan dari Kemenristekdikti,” tutur Winda.

Walaupun sudah mendapatkan beasiswa Bidikmisi, bukan berarti perjuangan Winda berakhir. Uang bulanan sejumlah Rp 650 ribu harus dipergunakan sebaik-baiknya agar cukup untuk hidup di Jember.

“Saya hanya minta uang ke orangtua untuk keperluan yang sangat mendesak, untuk menutupi kebutuhan sehari-hari maka semenjak semester tiga hingga hampir lulus kuliah, saya memberikan pelajaran tambahan bagi siswa SD hingga SMA. Lumayan sekali tatap muka bisa dapat Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu tergantung pada materi yang diajarkan,” kata gadis berjilbab yang menyelesaikan kuliahnya selama 3 tahun, 9 bulan dan 5 hari ini.

Selanjutnya, Winda berharap bisa menggapai cita citanya menjadi seorang guru sesuai dengan ilmu yang dia ambil saat masih kuliah.

 “Sejak kecil saya memang bercita-cita jadi guru. Oleh karena itu saya memilih kuliah di FKIP Unej. Sebab saya ingin mendidik anak-anak agar mampu meraih cita-citanya, terutama anak-anak yang kurang mampu seperti saya. Sebab jika kita mau berusaha keras dan berdoa, maka tidak ada yang mungkin, insyaallah selalu ada jalan,” pesan Winda mengakhiri percakapan.