Logo timesindonesia

Kalimantan Timur Jadi Ibukota, Begini Tanggapan Mahasiswa Kaltim

Rahma Nur Wida, Perempuan yang mengenyam pendidikan di Universitas Hasyim Asyari, warga Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kaltim. (FOTO: Rahma Nur Wida for TIMES Indonesia)
Rahma Nur Wida, Perempuan yang mengenyam pendidikan di Universitas Hasyim Asyari, warga Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kaltim. (FOTO: Rahma Nur Wida for TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Agenda pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur (Kaltim) terus menimbulkan respon dari semua kalangan. Tak terkecuali oleh mahasiswa asal Kaltim yang sedang menempuh studi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Rahma Nur Wida,  yang kini mengenyam pendidikan di Universitas Hasyim Asyari mengatakan pemindahan ibu kota akan ada dampak positif dan negatifnya.

"Ya pastinya ada yang membuat senang ada yang membuat tidak senang. Saya kurang siap dengan keadaan yang bakalan penuh polusi atau macet, dan juga jarak yg makin lama dan jauh untuk menuju satu daerah ke daerah lain," katanya.

Rahma mencontohkan kecepatan dalam menempuh perjalanan yang biasanya cepat, namun karena ada pemindahan ibu kota, bakal berbenturan dengan banyaknya kendaraan yang setiap tahun bakal bertambah.

"Dari kecamatan saya menuju ke kecamatan calon ibu kota yaitu di Samboja untuk sekarang perlu menempuh 2 jam itu dengan kecepatan 60-80, itu masih satu kabupaten. Bagaimana nanti saat ibu kota pindah, jumlah kendaraan semakin banyak, tentu jalanan semakin macet," jelasnya.

Namun sisi positifnya pemindahan ke Kaltim itu berpotensi pada sektor perekonomian.

"Kaltim sendiri sudah cukup maju, dua kota (samarinda dan balikpapan) ini sama-sama memiliki bandara, pelabuhan, pusat perusahaan. Jadi tingkat kemajuan ibu kota nanti akan cepat," ujarnya.

Mahasiswi yang lain, yakni Uswatun khasanah, warga Sepinggan, Balikpapan berpendapat dampak positif dipindahnya ibukota akan membuat sarana prasarana bisa semakin baik di bumi Kalimantan.

"Karena kebanyakan rumah dan infrastruktur yang ada (Kaltim) tidak sebaik yang ada di Jakarta dan kota besar lainnya. Mungkin juga masyarakat pedalaman akan lebih mendapatkan perhatian dari pemerintah, sehingga pendidikan yang ada dapat terselenggara dengan baik," katanya.

Sisi negatifnya, jika ibukota pindah ke Kaltim, pertumbuhan penduduk akan semakin cepat. Dikhawatirkan, hutan-hutan di Kalimantan tersulap menjadi lahan tandus yg penuh dengan industri.

"Banyak orang akan berbondong-bondong pindah ke Kalimantan untuk mencari peluang hidup lebih besar. Para pendatang akan mencari tempat mukim, dan membeli lahan lahan kosong yang ada sehingga lambat laun tanah akan memiliki harga yang menggila (tinggi)," ucapnya.