Tragedi Biadab Jumat Kliwon di Rumah Mewah Bos Teori Kontroversi Bumi

Suasana rumah Pupung Sadili.
Sumber :

VIVA – Jumat Kliwon 23 Agustus 2019 sebuah tragedi biadab terjadi di sebuah rumah besar di Jalan Lebak Bulus 1, Cilandak, Jakarta Selatan.

Seorang pria bernama Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili terkapar dan meregang nyawa di dalam rumahnya. Pria 54 tahun itu tewas akibat racun mematikan yang telah dicampurkan ke dalam minumannya.

Saat itu Pupung tak seorang diri, di dalam rumah itu istri mudanya, Aulia Kesuma alias Mei-mei dan dua tamu lelaki asal Lampung bernama Kusmawanto Agus dan Muhammad Nur Sahid.

"Tersangka A dan S ini kemudian memberikan racun kepada korban. Diminum dan langsung meninggal," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Aro Yuwono.

Dalam kondisi sudah tak bernyawa, tubuh Pupung digotong ke dalam mobil Calya hitam miliknya. Dan dibiarkan begitu saja di dalam mobil.

Kebiadaban tak berhenti sampai di situ, ternyata putra kandung Pupung M Adi Pradana alias Dana juga dihabisi.

Kali ini caranya berbeda, Aulia memerintahkan keponakannya, Kelvin untuk mengajak anak tirinya berpesta minuman keras. Kebetulan memang Dana tinggal di rumah itu.

Pupung Sadili.Ketika itu, Dana tak mengetahui jika ayahnya sudah menjadi mayat di dalam mobil yang di parkir di halaman rumah mereka. Dana pun menenggak minuman yang disajikan Kelvin hingga Dana mabuk parah.

Dana pun dibunuh, kali ini Agus dan Sahid membekap wajah Dana hingga korban tak bisa bernafas dan akhirnya meninggal dunia. Sama seperti Pupung, jasad Dana digotong ke dalam mobil dan dibiarkan bersanding dengan jenazah sang ayah.

Setelah kedua jasad berada dalam mobil, Agus dan Sahid pergi membawa mobil itu dan memarkirnya di sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Cireundeu, Tangerang Selatan, Banten.

Namun, sebelum pergi, Aulia sempat memberi mereka uang Rp8 juta rupiah sebagai bekal bagi Agus dan Sahid untuk kembali ke kampung halamannya di Lampung Tengah.

Keesokan harinya, Sabtu malam 24 Agustus 2019, Aulia dan Kelvin mendatangi SPBU dan membawa mobil itu. Kelvin ditugasi mengemudikan mobil berisi jenazah Pupung dan Dana. Sedangkan Aulia membawa satu mobil lainnya.

Kedua mobil itu pun melaju kencang menuju ke luar kota, mereka melaju ke arah selatan melalui jalan Tol Jagorawi. Selepas pintu tol Ciawi, kedua mobil masih melaju mengarah terus ke Jalan Raya Sukabumi-Bogor tanpa ada seorang pun yang mengetahui jika di dalam mobil dengan nomor polisi B 2983 SZH ada ayah dan anak muda yang sudah wafat.

Mobil Calya yang terbakar di Cidahu.

Minggu siang 25 Agustus 2019, warga Kampung Bondol, Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, geger. Penyebabnya ada mobil dalam kondisi terbakar hebat di tepi jalan menghadap ke jurang.

Kronologi Anak 14 Tahun di Cilandak Jaksel Bunuh Ayah dan Neneknya

Tak ada yang tahu apa yang terjadi pada mobil itu. Sampai akhirnya api padam dan petugas kepolisian menemukan dua jasad di sudah dalam kondisi hangus di dalam bangkai mobil.

Dengan apa melihat apa yang ditemukan di TKP, polisi langsung berkesimpulan bahwa mobil itu sengaja dibakar dan dua jasad itu merupakan korban pembunuhan.

Usai Habisi Ayah dan Neneknya, Anak di Lebak Bulus Kabur dengan Badan Berlumuran Darah

Tak memakan waktu lama, usai berhasil mengungkap identitas Pupung. Polisi bergerak cepat, koordinasi antar wilayah pun berlangsung kilat hingga akhirnya Aulia diringkus di kediamannya di Cilandak.

Pembunuhan sadis itu pun terungkap, Aulia digelandang. Sedangkan Kelvin harus menjalani perawatan di rumah sakit akibat tersambar api dari ledakan mobil berisi jasad Pupung dan Dana yang dibakarnya dengan diguyuri bensin.

Anak di Lebak Bulus Jaksel Habisi Keluarganya, Ayah dan Neneknya Tewas, Ibu Luka Parah

Tak cuma Aulia, tim Jatanras dari Polda Metro Jaya, Polda Jawa Barat, Polda Lampung dan Polres Sukabumi juga meringkus Agus dan Sahid di kediaman mereka di pedalaman Lampung Tengah.

Gabungan 3 Polda.

Pupung dan Dana dihabisi karena harta

Dari hasil penyelidikan dan pengakuan tersangka Aulia, pembunuhan sadis itu sudah direncanakan. Pemicunya ialah masalah harta milik Pupung.

Aulia merencanakan pembunuhan itu di salah satu apartemen di Kalibata, Jakarta Selatan. Di situlah dia berjumpa dengan Agus dan Sahid. Kedua pria itu memang sengaja didatangkan dari Lampung dengan menggunakan travel ke Jakarta untuk menjadi eksekutor menghabisi nyawa Pupung dan Dana.

Kedua pembunuh bayaran itu dikenal Aulia melalui perantara pasangan suami istri yang pernah bekerja sebagai asisten rumah tangganya. Aulia menjanjikan bayaran sebesar 500 juta untuk pembunuhan itu.

Pembunuh Pupung Sadili.

Perempuan berkerudung itu bernafsu menghabisi nyawa pria yang telah menikahinya sejak 2011 itu karena Aulia membutuhkan uang untuk membayar utangnya.

"Selain dipakai untuk membayar utang, juga untuk diwariskan ke KV, anak pelaku yang membakar mobil berisi mayat Edi dan Dana di Cidahu. Karena semua harta milik Edi diwariskan untuk Dana," kata Kepala Polres Sukabumi, AKBP Nasriadi.

Pupung bos kontroversi bumi

Pupung ternyata bukan hanya seorang pengusaha saja, dia juga merupakan sosok pemilik teori kontroversi bumi di Indonesia. Dia merupakan pendiri komunitas bumi datar alias Flat Earth.

Cukup banyak pernyataannya tentang bentuk bumi yang menjadi perbincangan masyarakat Indonesia. Hingga akhir hayatnya Pupung masih yakin bumi itu datar. Tidak bulat seperti yang diketahui masyarakat pada umumnya.

"Sejauh mata memandang. Dimanapun dan berapapun jaraknya, baik di darat, di laut dan di udara.... Horizon tampak rata. No curvature. Dimana ada langit di atas, disitu ada daratan di bawah. Sssssttttt.. Keep Calm,The Earth Is Flat. Research it"

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya