Briptu Hedar Tewas Setelah Disandera, Fakta Lain Terungkap
- Istimewa
VIVA – Briptu Hedar, anggota Ditreskrimum Polda Papua yang disandera di Kabupaten Puncak telah di makamkan di kampung halamannya di Provinsi Sulawesi, Selasa 14 Agustus 2019.
Selama karier di korps Bhayangkara, Briptu Hedar punya catatan prestasi dalam penanganan sejumlah kasus yang melibatkan KKB.
"Briptu Hedar memiliki catatan prestasi yang cukup panjang. Yang bersangkutan sangat aktif dalam satgas pengungkapan kasus yang melibatkan KKB," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa, 13 Agustus 2019 dilansir dari laman VIVEnews.
1.Tewas saat disandera
Briptu Hedar tewas setelah sebelumnya disandera yang diduga dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. Dia ditemukan pada Senin, 12 Agustus 2019 tidak jauh dari lokasi pertama kali Briptu Hedar ditangkap KKB.
2.Sedang selidiki kasus
Briptu Hedar sebenarnya sedang menyelidiki kasus kejahatan pemerasan hingga pemerkosaan yang ditengarai melibatkan anggota kelompok bersenjata itu.
Baca juga: Pimpinan KPK Kumpulkan Bukti Jerat Menteri Agama
3.Pelaku penyandera diketahui
Setelah ditelusuri, pelaku penyandera dan penembak Briptu Hedar diduga dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang dipimpin oleh Goliat Tabuni.
"Dia kelompoknya G. Daerah itu dikuasai kelompok G, kemudian yang melakukan eksekusi itu YM, yang melakukan penembakan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa, 13 Agustus 2019.
Menurut Dedi, Briptu Hedar saat itu sedang melakukan penyelidikan di Kampung Usir, Puncak, Papua, terkait KKB. Wilayah tersebut memang menjadi salah satu basis operasi kelompok separatis itu.
4.Serang balik
Wakil Presiden Jusuf Kalla memerintah TNI dan Polri melakukan penyerangan balik terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang telah menembak mati Briptu Hedar dengan menggunakan senjata laras panjang.
Wapres JK mendesak adanya respons keras dari aparat atas penembakan itu. Dia berharap ada serangan yang menimbulkan efek jera terhadap gerombolan bersenjata tersebut.
"Apabila ada yang menyerang aparat polisi negara, harus diselesaikan, harus diserang balik. Itu harus. Kalau diterima begitu saja itu salah," ujar Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Selasa 13 Agustus 2019.