Kemenpora Minta Enzo Diberi Kesempatan Wujudkan Cita-cita
- Instagram @tni_angkatan_darat
VIVA – Deputi Pembinaan Pemuda, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Asrorun Niam meminta semua pihak memberi kesempatan pada pemuda blasteran Prancis, Enzo Zenz Allie (18) menjadi taruna Akademi Militer (Akmil) sesuai cita-citanya.
Walaupun foto-foto Enzo yang diduga simpatisan kelompok radikal viral di media sosial dan menjadi polemik, ia percaya TNI punya mekanisme perekrutan calon taruna yang ketat dan profesional.
"Perlu ada verifikasi di tengah masyarakat yang tumbuh di era digital seperti ini. Bisa jadi benar masa lampau, kemudian ada komitmen untuk memperbaiki. Bisa jadi tidak menjadi benar," kata Asrorun saat diskusi di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta, Sabtu 10 Agustus 2019.
Asrorun menambahkan, saat ini penting untuk melakukan langkah-langkah klasifikasi dengan informasi yang benar. Karena isu yang menimpa Enzo dan viral di media sosial itu bisa jadi benar, bisa jadi tidak benar.
"Terlepas dari itu semua harapan ke depan adalah harapan anak muda. Bagaimana anak muda saat ini terpenuhi haknya dan teraktualisasikan potensinya secara baik. Serta memiliki ketahanan yang cukup selama kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk ketahanan ideologi," paparnya.
Menurutnya, sosok Enzo merupakan anak bangsa yang potensial dengan kemampuannya. Dan isu yang muncul mengenai simpatisan kelompok radikal yang belum jelas justru menutupi potensi anak muda tersebut.
"Yang muncul belakangan itu adalah soal yang menurut kita adalah paradoks. Sedangkan di satu sisi ada komitmen anak muda berprestasi dengan kemampuan empat bahasa. Dia memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dan berprestasi," katanya.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa angkat bicara mengenai calon prajurit Akademi Militer (Akmil) TNI, Enzo Zenz Allie. Andika mengungkapkan pihak TNI AD saat ini tengah melakukan pemeriksaan dengan parameter yang terukur terhadap Enzo yang dituding terpapar radikalisme.
Andika menjelaskan, pihaknya akan berlaku objektif terhadap kasus dugaan Enzo terpapar radikalisme. Pemeriksaan objektif ini dilakukan hanya kepada Enzo bukan kepada orangtua Enzo.
"Akan ada pemeriksaan yang lebih saintifik, lebih ilmiah. Menggunakan parameter yang sudah teruji untuk melihat dirinya, bukan orangtuanya, bukan siapa, karena kita ingin objektif," ujar Andika di kampus UGM, Jumat, 9 Agustus 2019.
Andika menerangkan pemeriksaan secara saintifik dan ilmiah nantinya akan dipakai untuk mencari fakta sebenarnya apakah Enzo memang terpapar paham radikal atau tidak. Andika menyebut TNI tidak akan mengadili seseorang tanpa bukti yang kuat.