4 Fakta Enzo Zenz Allie, Sanggup Fitness ala Saitama 'One Punch Man'
- U-Report
VIVA – Enzo Zenz Allie (18) tiba-tiba menjadi perbincangan publik. Remaja keturunan Prancis-Indonesia ini berhasil lulus menjadi Calon Taruna (Catar) Akademi Militer (Akmil) TNI.
Ia lahir di Bandung, Jawa Barat, putra dari pasangan almarhum Jean Paul Francois, warga negara Prancis, dan ibu bernama Siti Hajah Tilaria asal Sumatera Utara.
Menurut ibunya, remaja berparas ganteng tersebut bercita-cita menjadi anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Berikut beberapa fakta tentang Enzo Zenz Allie:
Sekolahnya di Banten
Enzo bersekolah di SMA Boarding School Al Bayan, Serang, Banten. Menurut Kepala Sekolah SMA Boarding School Al Bayan, Deden Ramdani, Enzo berkeinginan menjadi prajurit TNI yang saleh sejak kecil. Guru mata pelajaran kimia itu mengaku bergidik mendengar pengakuan dari muridnya tersebut.
"Enzo pernah menyampaikan ke saya kalau dia ingin menjadi prajurit TNI saleh. Itu saya merinding dengarnya," kata dia, saat ditemui di ruangannya, Rabu 7 Juli 2019.
Deden juga mengaku selama mengenyam pendidikan di pesantren, Enzo selalu tekun, rajin dan giat dari siswa pada umumnya guna mengejar cita-citanya yang ingin menjadi militer.
Sanggup 100 kali push-up sehari
Belum banyak tahu jika Enzo sanggup push-up 100 kali dalam sehari. Hal ini mengingatkan pada tokoh kartun Jepang, Saitama, yang sanggup fitness ekstrem dalam filmnya One Punch Man.
Deden juga mengaku jika Enzo menonjol di olahraga seperti renang, lari sprint dan maraton. Ia kerap melihat Enzo rajin berlari di sepanjang pantai Anyer saat sore hari.
"Itu dilakukannya sejak kelas 10 SMA di Al Bayan. Dia disiplin dalam melatih kemampuan fisiknya supaya lolos menjadi Taruna Akmil. Tidak jarang saya melihat dia lari sendirian gitu yah. Bahkan, sebelum subuh pernah saya lihat (lari) sendirian. Karena dia menyadari akan ke Akmil," kata Deden.
Rajin salat Tahajjud
Deden mengatakan jika Enzo mampu menghafalkan 1 Juz Alquran. Remaja berusia 18 tahun ini juga rajin puasa sunah dan salat Tahajjud. "Dia rajin ibadah, saum (puasa) tiap Senin dan Kamis. Salat Tahajjud dan berjamaahnya tidak ketinggalan," ungkapnya.
Sempat kesulitan berbahasa Indonesia
Saat pertama kali masuk ke sekolah SMA Boarding School Al Bayan, Enzo sempat kesulitan berbahasa Indonesia, sehingga dirinya harus mendalami mata pelajaran bahasa Indonesia ke gurunya bernama Yudi.
Bahkan Enzo saat malam hari datang ke tempat tinggal atau mess gurunya dan belajar di masjid sekolah, hanya untuk memperdalam bahasa Indonesia.
"Termasuk mengeluh bahasa Indonesia, ketika ada kesulitan biasanya curhat ke (guru bagian) kurikulum. Dia sampai minta tambahan waktu untuk private bahasa Indonesia. Saya persilakan silaturahim baik ke rumahnya (guru) maupun di masjid," kata Deden.
Meski kesulitan berbicara bahasa Indonesia saat itu, namun kemampuan bahasa Prancisnya digunakan pihak sekolah untuk diajarkan ke siswa lainnya.
Enzo pun 'diangkat' menjadi guru bagi teman-temannya untuk belajar bahasa Prancis saat malam hari. "Ada pekan bahasa namanya. Bahasa Prancis. Dulu Enzo yang suka ngisi (mengajarkan). Kemudian, bahasa Inggris, ada malam kebahasaan bada Maghrib biasa dilaksanakan," jelas Deden.