Pendidikan Anak Pengungsi Nduga di Papua Terbengkalai
- bbc
Ence Geong dari Yayasan Teratai Hati Papua yang mendampingi pengungsi sejak eskalasi konflik memanas pada Desember tahun lalu mengungkapkan anak-anak korban konflik masih trauma.
Bahkan, ketika bertemu dengan orang-orang baru, mereka selalu ketakutan.
"Apalagi orang baru yang mereka tidak kenal, yang bertemu sesekali, itu berisiko sekali, mereka tidak akan nyaman sekolah di situ."
Bahasa, lanjut Ence, juga menjadi kendala karena kebanyakan anak-anak Nduga menggunakan bahasa daerah, yang berbeda jauh dengan bahasa daerah Wamena.
"Sehingga komunikasi tidak akan nyambung dan itu menghambat pergaulan anak-anak Nduga dan anak-anak yang ada di Wamena."
Apalagi, kualitas pendidikan di Nduga, diakui Ence, tidak sebagus di Wamena.
Secara nasional, indeks pembangunan manusia di Nduga merupakan yang terendah.
Dari aspek pendidikan, menurut Ence, kualitas yang ada di Nduga terbilang rendah, demikian halnya dengan partisipasi siswa didik.
"Maka kalau anak-anak Nduga datang ke Wamena dan datang ke sekolah-sekolah di Wamena, itu ada perbedaan level yang akan jadi sulit untuk diimbangi oleh anak-anak Nduga," ungkap Ence.