Pendidikan Anak Pengungsi Nduga di Papua Terbengkalai
- bbc
"Jumlah itu kita tampung di sekolah darurat, apa adanya, kita punya sepuluh kelas di sekolah darurat ditambah tiga ruangan dari gedung sekolah minggu yang kita pinjam dari gereja," ungkap Ence.
Diakui, kondisi sekolah darurat memang tidak layak. Bangunan sekolah itu hanya dibangun dari kayu dan beratap seng. Anak-anak yang sekolah pun terpaksa berhimpitan satu sama lain.
"Anak-anak ada yang terpaksa berdiri saja atau duduk di tanah, atau kalau duduk berdempetan terlalu rapat sehingga sulit untuk menulis. Tapi itu kondisi yang bisa kami buat dan saat ini kalau kami bangun lagi, kami sedang bangun kembali, yang akan kami lakukan adalah memperluas ruang kelas," jelas Ence.
Bulan lalu, bangunan sekolah dalam kondisi rusak berat dengan kondisi terpal yang sudah compang-camping.
Ini membuat aktivitas sekolah sempat vakum, sehingga aktivitas belajar mengajar anak-anak pengungsi, tertinggal dari sekolah-sekolah lain.
Pemerintah Daerah Nduga sempat memberi opsi untuk menyekolahkan anak-anak tersebut di sekolah di Wamena, Kenyam dan distrik-distrik lain.
Namun menurut Ence, ada kendala bagi anak-anak pengungsi. Akhirnya diputuskan sekolah darurat dibangun kembali.
"Kami mau tidak mau tetap membangun sekolah darurat, walaupun ini sudah terlambat satu bulan."
"Kami sebenarnya merasa bersalah juga dengan adik-adik pengungsi. Tapi mau bilang apa, kami harus berkoordinasi, tidak bisa asal bangun saja," jelas Ence.