Pendidikan Anak Pengungsi Nduga di Papua Terbengkalai
- bbc
"Yang utama bagi kami adalah hak anak jangan hilang hanya karena ada konflik, ada persoalan politik," ujar Koordinator relawan pengungsi Nduga dari Yayasan Teratai Hati Papua, Ence Geong, kepada BBC News Indonesia, Kamis (01/08).
Ketua Yayasan Pengembangan Pendidikan dan Perekonomian Rakyat Papua, Aki Logoh, menyatakan harapannya agar pemerintah dan pihak gereja lebih memperhatikan nasib pendidikan anak-anak pengungsi.
"Siapkan tempat yang layak untuk anak-anak supaya mereka ada kesempatan belajar, karena semua harus belajar demi kepentingan masa depan," ujar Aki.
"Seharusnya pemerintah buka mata, gereja juga buka mata. Kita semua kerja sama, pemerintah, masyarakat, gereja, kita semua kerja sama untuk mengangkat anak-anak ini," imbuhnya.
Sempat rusak, kini dibangun kembali
Bangunan semipermanen berdinding terpal dan beratap seng yang terletak di halaman Gereja Weneroma menjadi tempat bersekolah bagi sekitar 723 anak pengungsi Nduga yang kini tinggal di Wamena.
Dengan material seadanya, sekolah darurat dibangun pada 1 Februari silam, setelah pembangunan selesai sepekan sesudahnya, anak-anak pengungsi mulai bersekolah.
Awalnya, sekolah darurat menampung sekitar 320 anak sekolah dari 10 SD, empat SMP, dan satu SMA di 16 titik di Kabupaten Nduga.
Seiring berjalannya waktu, jumlah pengungsi kian bertambah. Jumlah terakhir anak pengungsi Nduga yang menempuh pendidikan di sekolah darurat mencapai 723 siswa.