BMKG Sebut Kekeringan Panjang Tahun Ini Tak Seperti 2015
- VIVAnews/ Agus Rahmat
VIVA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, kekeringan panjang akan terjadi pada 2019. Bahkan, tingkat kekeringannya lebih besar dibandingkan kekeringan pada 2018.
Kekeringan tersebut juga memicu memunculkan spot api seperti di Riau. Sejumlah kebakaran terjadi lantaran kekeringan itu.
"Penyebabnya disampaikan 99 persen karena ulah manusia. Ini dibagi 2 lagi, sengaja dan tidak sengaja," ujar Deputi Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Dody Usodo, saat memberikan keterangan pers di kantornya, Selasa, 30 Juli 2019.
Dia menambahkan, "Yang sengaja ini mungkin cari jalan singkat untuk bersihkan lahan. Ini bisa merembet. Bisa juga yang klasik, karena puntung rokok. Yang tidak sengaja, karena cuaca, pancaran sinar bisa jadi titik api."
Pada 2015, kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan menjadi peristiwa terburuk. Selain berdampak pada kedua pulau itu, juga sampai mengganggu negara tetangga.
Peristiwa itu terjadi lantaran hutan dan lahan gambut yang terbakar menimbulkan asap yang sulit dipadamkan.
Dengan kekeringan yang melebihi tahun lalu dan lebih panjang, apakah bisa berdampak terjadinya kebakaran hutan seperti 2015 lalu?
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto mengatakan, peristiwa 2015 tidak akan terjadi pada 2019.
Mengingat, pada 2015 ada elnino sehingga semakin berpengaruh pada kondisi kebakaran hutan dan lahan. Saat ini, lanjut dia, kondisi cuaca tidak seperti 2015. "2015 ada elnino. Sekarang lemah sehingga tidak sebesar itu potensi ancamannya," kata Seto.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan menjelaskan, peristiwa 2015 menjadi mimpi buruk. Namun usai itu, pihaknya berbenah dan semakin baik.
Sebab, koordinasi lintas sektor berjalan dengan baik, sehingga setelah 2015 hampir tidak ada peristiwa serupa lagi.
"Sejak itu jumlah kebakaran hutan makin menurun. Cuaca fluktuasi tapi kesiapan lebih dikencangkan. Ini titik balik 2015," ujarnya. (ase)