Pernikahan Usia Anak di Sulsel: 'Berikan Ijazah, Jangan Buku Nikah'
- bbc
Orang tua Ana lah yang menanyakan kepada orang tua Tio tentang keseriusan pemuda itu terhadap anak gadis mereka, setelah sebuah gosip beredar cepat di masyarakat.
" Ndak ada pe yang mau (menikah, sebenarnya)," tutur Ana berbahasa Bugis, "kan dulu ada gosip yang mengatakan saya lari sama Tio. Di situ keluarga jadi malu, padahal saya ke rumah teman, Tio yang membonceng."
Yang jelas, menurut Ana, gosip yang dianggapnya menjadi aib keluarga itu terlanjur tersebar ke warga di pulau-pulau lain.
"Saya yang mulai untuk membuka pembahasan tentang pernikahan," terang ibu dari Ana, Ita, bukan nama sebenarnya.
Menurut Ita, "sudah tidak ada jalannya lagi, karena orang-orang tidak berhenti bercerita dan menggosipkan anak saya, sampai dikira anak saya hamil. Itu yang saya takutkan."
Ketakutan akan semakin liarnya gosip tentang Ana akhirnya memang terhindarkan. Selepas Ana menikah dengan Tio, kabar-kabar burung itu tak lagi berseliweran.
Akan tetapi, ketakutan akan risiko pernikahan usia anak baru hinggap di benak mereka kemudian. Baik Ita, Ana, maupun Tio, mengaku belum pernah mendengar berbagai risiko menikah dini sebelumnya.
Menurut UNICEF, pernikahan anak merupakan bentuk pelanggaran serius terhadap hak-hak anak, khususnya anak perempuan. Praktik tersebut dapat membatasi akses pendidikan, memengaruhi kesehatan, penghasilan, keamanan, hingga kemampuan anak di masa depan.
Ana, khususnya, merasa cemas akan kesehatan reproduksi hingga keselamatan bayi yang kelak akan dikandungnya.
"Saya (jadi) khawatir," tuturnya. "Takut, jadi saya tunda dulu punya anak."
Hal itu sesaat diamini Tio yang berujar "umur (istri saya) masih terlalu muda untuk punya anak", sebelum kemudian mengatakan: "tapi kalau dikasih, cepat dikasih, mau diapa."
Penyesalan Darma yang kehilangan anak pertamanya
Aroma mi instan dan nasi goreng menyeruak dari arah dapur kecil di bagian bawah rumah panggung berdinding seng yang ditinggali Darma bersama suami dan anak terkecil mereka.