Hasil TGPF Kasus Novel Disebut Seperti Kesaksian Ketua RW
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Direktur Lokataru, Haris Azhar menyebut kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan penting dalam memilih calon pimpinan KPK jilid V.
Kasus ini dinilai kekuatan pimpinan KPK terhadap tekanan yang dihadapinya.
"Kasus Novel penting untuk pemilihan pimpinan KPK, sebab saya berharap tidak ada lagi ada tekanan ke KPK," kata Haris di Indonesia Lawyers Club tvOne, Selasa malam, 23 Juli 2019.
Menurut dia, nanti akan dilihat bagaimana tanggung jawab pimpinan KPK bila ada anggota mereka yang diserang, karena mengusut suatu kasus korupsi. Haris menilai, ini adalah tantangan pimpinan baru nanti.
"Jadi, menurut saya kita ada tantangan, apalagi hasil TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) tidak jelas. Apa yang disampaikan TGPF, sama kesaksian Ketua RW di lokasi. Jika itu tidak selesai, ini (pemilihan pimpinan KPK jilid V) hanya ikuti rotasi-rotasi," katanya.
Dalam kesempatan itu Haris juga menyoroti pansel KPK yang menyeleksi pimpinan KPK jilid V. Dia tak melihat pansel ada visi mau membangun KPK jadi apa ke depannya.
"Visi apa yang mau dibangun. Pansel kita itu mau memproyeksikan KPK ke depan sebagai apa?" ujar dia.
Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Donal Fariz pun menyoroti pansel KPK. Dia bertanya, bagaimana bisa pansel membiarkan calon pimpinan baru melaporkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)nya bila terpilih nanti.
"Menurut saya, ini logika terbalik. LHKPN itu instrumen cek kewajaran kekayaan," ujar Donal. (asp)