Suhu Dingin Ekstrem Rusak Tanaman Petani, Kemarau Datang Lebih Parah
- bbc
Supriatna Dinuri, seorang petani kopi asal Pengalengan, Jawa Barat mengeluhkan dampak embun es yang muncul di daerahnya akibat cuaca dingin ekstrem yang terjadi beberapa waktu terakhir.
"Khusus untuk tanaman kopi itu menyebabkan pucuk-pucuk kopi khususnya pucuk kopi muda di daerah-daerah yang terbuka, kena dan dampaknya pucuk itu hitam seperti terbakar. Dampaknya ya pertumbuhan terhambat, jadi kondisi tanaman itu seperti bonsai," ungkapnya ke wartawan BBC News Indonesia Mehulika Sitepu.
Kondisi ini tidak berdampak ke panen kopinya saat ini, namun dikatakannya "kalau musim dingin ini berkelanjutan sampai September ke tahun 2020 akan terjadi gagal panen karena tidak ada proses pembungaan".
Setiap tahun selama tiga tahun terakhir daerah Pengalengan, menurut Supriatna, memang kerap mengalami embun es akibat cuaca dingin di musim kemarau.
Udara dingin dan kering ini berasal dari Australia yang sedang mengalami musim dingin yang disebut monsun dingin di mana sebelumnya aliran ini telah melewati NTT dan Jawa Tengah.
Akibatnya, di siang hari, suhu dapat menjadi sangat panas. Sedang di malam hari menjadi sangat dingin.
"Namun saat malam hari, bumi bergantian melepaskan panas (ke atmosfer). Kondisi demikian menyebabkan suhu di permukaan menjadi turun," ujar Mulyono R. Prabowo, Deputi Bidang Meteorologi BMKG.
Sekitar 60 km di sebelah utara Pengalengan, di Desa Ciwaruga, Bandung Barat, petani lain, Asep Sutarta justru mengeluhkan suhu panas yang tinggi selama musim kemarau ini yang menyebabkan sayurannya menjadi kering.
"Kalau siang panasnya terlalu menyengat, otomatis kalau disiram langsung kering. Banyak yang mati," katanya.