Taman Baca di Bali Sediakan Literatur Kiri, berniat 'Usir Kebodohan'
- bbc
"Biar kejadian semacam itu tidak terulang lagi. Karena itu perlu membaca buku, termasuk soal 1965," katanya.
Pada saat kekerasan 1965 terjadi, orang tua Alit termasuk salah satu korban. Sampai saat ini jenazahnya tidak ditemukan.
Ruang diskusi
Toh, diskusi yang digelar di TBK tidak melulu soal peristiwa 1965.
Mengangkat tema Suka Duka di Tana Bali, diskusi bulanan TBK menyajikan polemik yang terjadi di Bali, seperti kisah pengguna narkoba, waria, pekerja seks komersial, hingga reklamasi Teluk Benoa.
"Di sisi lain kami sadar Bali dan Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Mumpung kita ada buku, kita bikin satu tempat di mana orang bisa membaca dan bertemu. Kami ingin berkontribusi dengan membangun Bali yang lebih toleran, menghargai kebhinekaan dan kesetaraan," kata Alit.
Ada pula diskusi bertema spesifik, seperti pada Februari lalu ketika TBK menggelar aneka kegiatan untuk merayakan hari kelahiran sastrawan terkemuka Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.
Merayakan Bulan Pram, begitu istilah merujuk pada perayaan itu, TBK menggelar pemutaran film, diskusi buku, pameran seni jalanan, dan temuwicara.
Karya-karya seniman jalanan menampilkan tidak hanya wajah Pram, tetapi juga kutipan-kutipan Pram, di media papan triplek berukuran 1x1 meter.