Terkendala Akses, BPBD Halmahera Kesulitan Mendata Dampak Gempa
- VIVA/Ifan Gusti
VIVA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku Utara masih kesulitan mendata jumlah kerusakan bangunan dan korban jiwa akibat gempa 7,2 SR yang mengguncang Kabupaten Halmahera Selatan, Minggu, 14 Juli 2019.
“Kami terkendala dengan akses jalan, sebab wilayah Halmahera Selatan terdiri berbagai pulau dan ini sudah malam. Akses ke setiap kecamatan harus menggunakan jalur perhubungan laut,” ujar Sekretaris BPBD Provinsi Maluku Utara, Ali Yau, Minggu malam.
Hasil koordinasi BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten Halmahera Selatan malam ini, terdapat sembilan titik pengungsian di ibu kota kabupaten Halmahera Selatan. Di antranya di kantor Bupati, kantor Polres, kantor Dinas Pariwisata, tempat ibadah, kantor BPBD, kediaman Bupati, sekolah dan perbukitan.
Data sementara BPBD, delapan desa di Halmahera Selatan mengalami kerusakan yakni, Desa Saketa, Kuititi, Lemo-Lemo, Cango, Pasipalele, Nyuyiti, Waitim dan Ranga-Ranga.
Dari delapan desa tersebut dua warga Desa Pasipalele dan satu warga di Kecamatan Gane Luar dikabarkan tewas tertimpa reruntuhan bangunan. Namun hingga kini korban belum dapat teridentifikasi lantaran terkendala akses komunikasi dan jalur evakuasi.
“Malam ini tim BPBD Provinsi masih melakukan koordinasi intensif dan menerjunkan tim lapangan ke lokasi guna memastikan kerusakan dan mendata korban,” ucap Ali.
Sementara itu, Stasiun Geofisika BMKG Ternate, mencatat hingga pukul 23.41 WIT telah terjadi 40 kali gempa susulan setelah gempa utama. (ase)
Laporan: Ifan Gusti