Mahfud MD: Sebutan Habib Hanya Bagi yang Mencintai dan Dicintai
- VIVA/Cahyo Edi
VIVA – Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, mengungkapkan obrolan sarasehan antara Gerakan Suluh Kebangsaan dengan Majelis Hikmah Alawiyah, bagian kecil dari organisasi kehabiban. Mereka mendiskusikan soal moderasi Islam, di antaranya soal pengertian istilah habib.Â
"Kita diskusi pertama tentang Islam atau wasiyatul Islam, moderasi Islam. Islam moderat sebagai pandangan Keislaman yang dominan dianut di Indonesia dan disepakati para pemimpin bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi kaum muslimin," kata Mahfud usai pertemuan di kawasan Kalibata, Jakarta, Rabu 10 Juli 2019.
Ia mengaku mendapatkan banyak ilmu dari forum tersebut. Di antaranya soal makna habib. Habib bermakna orang yang mencintai dan dicintai.
"Habib itu siapa sih? Habib itu menurut para habib ini adalah orang yang mencintai dan dicintai. Kalau orang mencintai itu bukan habib kalau tidak dicintai. Kalau hanya dicintai tidak mencintai juga bukan habib," kata Mahfud.
Menurutnya, bila ada berita tentang habib yang omongannya berisi kebencian, maka hakikatnya bukan habib. Sebab seorang habib mencintai dan dicintai.
"Bukan hanya dicintai tapi mencintai juga. Itu habib dilihat dari sebutan terhadap orang," kata Mahfud.
Terkait hal ini, Alwi Shihab mengimbau para habaib seluruh Indonesia agar kembali meneliti hasanah para leluhur khususnya di bidang dakwah. Berdakwah menurut leluhur para habaib adalah berdakwah dengan ma'ruf.
"Nahi munkarnya juga dengan maruf. Artinya dengan cara yang santun dan dengan cara yang baik. Ini yang ingin disampaikan kepada para habaib dan simpatisan habaib," kata Alwi.
Mantan menteri luar negeri itu menceritakan dari dulu sampai sekarang, Nabi Muhammad SAW mencontohkan tidak pernah berdakwah dengan cara yang tidak santun, apalagi mencederai perasaan orang lain.Â
"Maka yayasan ini bersama-sama dengan suluh kebangsaan, kita ingin bersinergi untuk menciptakan suasana yang sejuk di Tanah Air ini dengan bekerja sama, apa yang harus kita lakukan bersama untuk menenangkan keadaan," kata Alwi.
Ia menambahkan juga untuk kembali kepada ajaran Islam yang wasatiyah atau Islam yang rahmatan lil alamin. Lalu tidak mencederai perasaan orang lain apalagi menghujat atau memaki orang lain.Â
"Itu penting untuk kita bisa menjaga situasi yang tenteram, aman dan sejuk," kata Alwi.
Menurutnya, leluhur para habaib semuanya memberikan keteladanan dalam berdakwah dan memberikan pencerahan dengan cara yang santun. "Itu yang kita ingin supaya para habib muda ini kembali kepada khittah, kembali pada prinsip dasar tuntunan dan ajaran habaib," kata Alwi.