Lokalisasi Sunan Kuning Segera Ditutup, Para Pekerjanya Mulai Gelisah

Suasana malam di kompleks Sunan Kuning Semarang.
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA – Sebuah kompleks layaknya perumahan warga mulai ramai pada Rabu malam, 3 Juli 2019. Gemerlap lampu terlihat meriah di setiap rumah. Terdengar dentuman musik terdengar keras di balik dinding kompleks itu menambah kemeriahan.

Pertama di Dunia, Pekerja Seks di Belgia Kini Dapat Hak Cuti, Pensiun dan Perlindungan Hukum

Tampak beberapa perempuan tua serta muda berpakaian ketat sedang duduk di depan rumahnya masing-masing. Dandanan mereka bak penyanyi dangdut Pantura. Tak berselang lama, seorang pria menghampiri salah satu perempuan dalam kerumunan. Terjadilah percakapan. Mereka seperti sedang bertransaksi. Setelah sang perempuan mengangguk si laki-laki pun diajak melangkah masuk ke dalam sebuah rumah yang bertulis "wisma".

Banyak pula dijumpai gadis muda berpakaian minim hilir mudik menggunakan motor matik. Harum aroma parfum yang dikenakannya, seolah menggoda lelaki yang berlalu lalang di sekitar kompleks. Di lain sudut beberapa pemuda laki-laki berjaga-jaga di setiap rumah. Sesekali ia menyapa beberapa orang yang lewat dengan ucapan 'Monggo, Mas, mampir'.

Pengacara Perempuan Asal Brasil Dideportasi Karena Buka Praktik Prostitusi, Dibayar Rp 7 Juta

Geliat kehidupan itu merupakan tempat berdaya tarik khusus bagi pria hidung belang. Namanya 'wisata malam' Resosialisasi atau Resos Argorejo. Sebuah kompleks lokalisasi yang bernama tenar Sunan Kuning alias SK. Tempat transaksi seksual terkenal di Jawa Tengah, bahkan konon terkenal hingga Asia Tenggara.

Disuruh Pulang Kampung

5 Fakta Menarik di Balik Pengungkapan Kasus Prostitusi di Apartemen Depok

Akhir-akhir ini geliat kehidupan 'wisata malam' itu sedang terusik rencana penutupan SK oleh Pemerintah Kota Semarang. Kabar itu memang sudah beredar di kalangan penghuni kompleks SK.

Sari (38 tahun), seorang pekerja seks komersial di Sunan Kuning, mengaku mulai gelisah. Dia sudah mendengar kabar tempatnya mengais rezeki itu ditutup sejak dua tahun lalu. Sebab ia selalu mengikuti berbagai program di Balai Resos setempat.

"Beberapa hari yang lalu saya ikut sosialisasi penutupan SK. Katanya sih disuruh segera pulang kampung. Kalau enggak salah bulan Agustus tempat ini sudah kosong," kata Sari.

Sosialisasi penutupan kompleks lokalisasi Sunan Kuning Semarang

Perempuan yang mengaku memiliki dua anak itu pun mulai khawatir setelah penutupan nanti ia tak yakin bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaan yang sudah digeluti selama hampir enam tahun terakhir.

"Anakku semua sudah masuk ke SMP, mau ndak mau ya harus tetep sekolah. Orang tua di rumah juga perlu saya kirimi uang buat keperluan sehari-hari. Nek wes ditutup, njuk kerjo opo, Mas (Kalau sudah tutup, lalu kerja apa, Mas)?" ujarnya.

Sebenarnya Sari menyadari menjadi seorang pelacur bukanlah jalan yang ia inginkan. Tapi tuntutan ekonomilah yang membuatnya terpaksa sementara nyaman dengan pekerjaan ini.

Fahma (35 tahun), PSK lain di Sunan Kuning, mengatakan rencana penutupan sejalan dengan keinginannya untuk segera keluar dari tempat portistusi itu. Dia merasa sudah memiliki kemampuan yang cukup. 

"Berkat dari pelatihan di Balai Resos, membuat saya bisa yakin untuk berwirausaha lain. Kemampuan saya cukuplah untuk sekadar membuka warung makan di kampung halaman nanti," katanya.

Untuk mewujudkan cita-citanya, ia harus mempunyai modal yang tak sedikit. Uang dalam tabungan dirasa sudah mencukupi untuk modal usaha. Tabungan yang ia miliki merupakan program dari Resos. Ia bersama PSK lainnya diwajibkan untuk menabung 500 ribu rupiah per pekan, agar kelak setelah keluar dari resos, uang itu bisa digunakan untuk modal usaha.

"Semoga sebelum penutupan saya bisa keluar. Apalagi dengar-dengar bakal ada modal tambahan dari pemerintah, kan bisa nambahin modal," ujarnya.

Kekhawatiran tidak hanya dirasakan oleh PSK, namun juga Rahmi (38 tahun), penyewa tempat hiburan karaoke di Sunan Kuning. Dia resah apabila juga harus menutup usaha karaokenya yang sudah dijalani hampir sepuluh tahun. "Ini satu-satunya penghasilan saya."

Ia juga menjelaskan bahwa geliat Sunan Kuning tak terlihat ramai lagi sejak beberapa bulan terakhir. Sekarang terjadi penurunan yang sangat drastis, hampir mencapai 50 persen. Omzet yang ia terima tak lebih dari omzet sebelumnya.

Alih Fungsi Lokalisasi

Dinas Sosial Kota Semarang, melalui Kepala Satuan Pamong Praja, Fajar Purwanto, menegaskan sudah yakin menutup Sunan Kuning pada Agustus 2019. Dasar penutupannya merupakan tindak lanjut kebijakan pemerintah pusat lewat Kementerian Sosial dengan program Indonesia bersih lokalisasi 2019.

Penutupan ditargetkan pada 17 Agustus 2019. Rencana penutupan melalui beberapa tahap, mulai musyawarah dengan beberapa tokoh masyarakat setempat hingga kelurahan dan pengelola resos. Mereka pun menyetujui untuk penutupan dalam waktu dekat. Kebijakan selanjutnya adalah sosialisasi.

Agar tak menimbulkan persoalan lagi, pekerja seks yang tak ber-KTP Semarang dipulangkan ke kampung halaman masing-masing. Selain itu, Kementerian Sosial bakal memberikan dana tali asih kepada masing-masing sebesar Rp5,5 juta.

Dana itu diharapkan cukup buat modal usaha dan ongkos pulang, soalnya nanti akan ditambah lagi oleh Pemkot dari dana APBD, tapi belum pasti jumlahnya. "Biar tidak mangkal lagi, harapannya, juga kan mereka selama di resos mendapatkan keterampilan berwirausaha," katanya.

Pemkot bekerja sama dengan Satpol PP akan mengalihfungsikan Sunan Kuning menjadi kampung tematik bertema kuliner agar perekonomian di sana tetap berjalan.

Pengelola Resos Argeorejo, Suwandi, mengaku menghormati putusan Pemkot Semarang. Namun dia meminta agar pemerintah bisa memberikan kesejahteraan bagi penghuni lokalisasi. "Untuk itu kami berharap pemerintah benar-benar memperhatikan para pekerja seks dan muncikari hingga tuntas, supaya dapat alih profesi," ujarnya.

Ia mengingatkan pemerintah jangan sampai salah langkah dalam penutupan lokalisasi. Sebab ia tak ingin anggota resosnya terjebak lagi dalam dunia prostitusi di tempat atau model lain.

Resos binaan Suwandi setidaknya menampung sebanyak 476 PSK dan 82 muncikari. Jumlah tersebut mengalami penurunan selama empat tahun terakhir. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya