Bali Merawat Tradisi, Serunya Perang Pandan di Tenganan

Perang Pandan di Desa Tenganan, Karang Asem.
Sumber :
  • VIVA/Bobby Andalan

VIVA –  Anda pernah dengar perang pandan yang merupakan tradisi masyarakat Desa Tenganan, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali. Tradisi ini dilaksanakan berdasarkan kalender masyarakat setempat. Setahun sekali tradisi ini diselenggarakan. 

Omed-omedan, Tradisi Unik Bali yang Mulai Terlupakan

Kemarin siang, masyarakat Tenganan melaksanakan tradisi perang pandan. Tradisi yang juga biasa disebut mekere-kere itu dilaksanakan mulai pukul 14.00 WITA hingga pukul 17.00 WITA.

 Seperti biasa, sebelum tradisi perang pandan dimulai, ritual keagamaan dilakukan terlebih dahulu. Setelahnya, perang pandan dimulai. Seluruh peserta terdiri dari kaum laki-laki. Mereka semua bertelanjang dada.

Omed-Omedan, Tradisi Ciuman Massal di Bali

 Tradisi perang pandan, dilakukan dengan menggunakan pandan berduri sebagai alat atau senjata untuk berperang. Pandan berduri yang digunakan adalah pandan yang sudah diikat sehingga berbentuk seperti gada.

Peserta perang pandan juga menggunakan sebuah tameng. Tameng tersebut digunakan untuk melindungi diri dari serangan lawan. Tameng yang digunakan pada perang pandan terbuat dari rotan yang dianyam.

Slank Bakal Gelar Konser Berkonsep Pasar Malam, Sadar Generasi Fansnya Udah Punya Anak

Perang pandan diiringi musik gamelan seloding. Seloding adalah alat musik di daerah Tenganan yang hanya boleh dimainkan oleh orang yang disucikan.

Alat musik ini juga tidak sembarangan dimainkan, melainkan hanya pada acara tertentu saja. Alat tersebut memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggar yaitu tidak boleh menyentuh tanah.

Tangan kiri memegang tameng atau alat penangkis. Sementara tangan kanan memegang beberapa helai daun pandan yang diikat dengan duri menjulang. Begitu aba-aba diberikan, dua orang yang telah bersiap lantas menyibakkan daun pandan agar mengenai tubuh lawannya. Begitu daun pandan mendarat di badan, darah segar langsung mengucur.

 Setelahnya, mereka dipisahkan untuk beristirahat sejenak. Giliran yang lain yang melakukan perang pandan. Tetua Desa Tenganan, I Ketut Sudiastika menjelaskan, perang pandan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra atau Dewa Perang.

"Ini puncak dari rangkaian acara yang digelar sejak dari bulan lalu," katanya saat ditemui di lokasi, Senin 23 Juni 2019.

 Tradisi ini, ia melanjutkan, diikuti oleh pemuda di desa setempat. Selain pemuda, anak-anak yang beranjak remaja juga diwajibkan mengikuti acara ini. "Meski peserta mengalami sejumlah luka-luka, namun tak ada dendam dalam diri mereka. "Ini tradisi keagamaan. Jadi tidak ada dendam meski peserta mengalami sejumlah luka," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya