Pagelaran Mahakarya Legenda Goa Kreo Jadi Atraksi Baru Kota Semarang
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi terus berkomitmen untuk melestarikan budaya Kota Semarang sekaligus menghadirkan atraksi untuk memikat wisatawan. Salah satunya dengan menggelar pementasan Mahakarya Legenda Goa Kreo di Plaza Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Minggu (9/6) lalu.
Agar meriah dan spektakuler, puluhan penari dan seniman muda Kota Semarang turut dilibatkan dalam atraksi ini. Tidak tanggung-tanggung, iringan musik gamelan yang magis, permainan tata cahaya panggung yang memukau, hingga venue yang menarik di bibir Waduk Jatibarang ini membuat acara semakin atraktif.
Tak heran jika hal ini mendapat apresiasi dari Hendi, sapaan akrab Wali Kota. “Pertunjukkannya spektakuler, tidak kalah dengan pertunjukan yang pernah saya datangi di Bali,” ungkap Hendi.
Yang istimewa adalah atraksi tersebut disuguhkan dalam narasi dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, yang disampaikan oleh Camat Gunung Pati Roni Cahyo Nugroho dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Indriyasari.
Pentas tari tersebut berkisah mengenai perjalanan Sunan Kalijaga saat ingin mencari Soko Guru Masjid Demak pada masa kejayaan Kesultanan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah. Dalam pencarian kayu jati sebagai Soko Guru tersebut, Sunan Kalijaga selalu gagal menebang kayu jati itu hingga akhirnya ia bersemedi di Goa Kreo.
Akhirnya, Sunan Kalijaga berhasil menebangnya dengan bantuan para kera. Namun, saat ingin membawa kayu tersebut ke Demak, para kera ingin turut mengikuti Sunan ke Demak, tetapi Sunan memerintahkan mereka untuk tetap tinggal dan merawat Goa Kreo. Sehingga kini, untuk mengenang jasa para kera, maka dilangsungkan tradisi Sesaji Rewanda.
Cerita tersebut merupakan bagian dari sejarah dan budaya Kota Semarang yang harus diperkenalkan kepada generasi muda. “Melalui kreasi atraksi sejarah ini, semoga anak-anak muda kita juga selalu ingat. Tidak hanya belajar dari medsos tentang situasi terkini, tetapi juga mereka tahu Semarang ini penuh dengan potensi budaya dan kesenian,” ungkap Hendi.
Menurutnya, atraksi budaya tahunan ini dapat menjadi daya pikat wisatawan Kota Semarang, khususnya di Gunung Pati. Hal ini tentunya perlu dikembangkan oleh Pokdarwis dan Disbudpar sebagai industri pariwisata. “Ini mulai ditata. Bagaimana kemudian mulai dianggarkan oleh Pemerintah. Lighting, tata panggung, dan dibuat sebagai acara rutin,” pesan Hendi.
Nantinya, Hendi berharap agar minimal setiap Sabtu akan ada pertunjukan di tempat ini bagi wisatawan. Generasi muda pun diajak turut terlibat untuk mengelola. “Insya Allah, wisatawan tambah banyak, Semarang tambah ngetop, industri pariwisatanya juga semakin bergairah,” lanjut Hendi.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Indriyasari mengungkapkan bahwa atraksi ini digelar sekaligus sebagai sajian untuk menggaet wisatawan saat libur lebaran 2019 ini. “Kami kemas seharian penuh dari pagi dengan Sesaji Rewanda dan malam hari atraksi Mahakarya Legenda Goa Kreo ini,” ujarnya.
Tahun ini merupakan kali pertama atraksi digelar di venue Plaza Kandri. Dengan melakukan berbaga inovasi untuk menarik wisatawan agar berkunjung di kawasan wisata alam Waduk Jatibarang, venue yang selesai dibangun pada akhir 2018 ini diharapkan menjadi pusat pertunjukan seni objek wisata Jatibarang dan Goa Kreo.