Testimoni AKP Ibrahim, Hampir Jadi Bulan-bulanan Massa Saat Kerusuhan
- VIVA/Bayu Nugraha
VIVA – Penyerangan terhadap asrama Brimob di kawasan Petamburan, Jakarta Barat, Rabu, 22 Mei 2019 tak pernah terbayangkan oleh AKP Ibrahim Sadjab. Polisi berpangkat perwira pertama yang menjabat sebagai kasubdent KBR jajaran Polda Metro Jaya menjadi salah satu korban dalam peristiwa kerusuhan tersebut.
Ayah tiga anak itu kini masih terbaring di kamar nomor 402 Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Tangan kanannya pun harus dilapisi gips akibat luka serius yang dialaminya.
Kepada Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo dan Kepala Rumah Sakit Polri Brigjen Pol Musyafak, Ibrahim menceritakan kronologi penyerangan yang terjadi saat itu.
Ibrahim menceritakan, saat itu dirinya tidak masuk dalam anggota yang mengamankan Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Maka itu dia pun bersiap di Polda Metro Jaya jika sewaktu-waktu dibutuhkan pengamanan tambahan.
"Sekitar jam 02.00 WIB, karena standby di kantor, dibangunin sama piket 'izin komandan markas diserang', " ujar Ibrahim di RS Polri, Senin, 27 Mei 2019.
Lantas Ibrahim pun bersiap diri secepat mungkin. Setibanya di lokasi kejadian, Ibrahim sempat mengira kalau sedang terjadi tawuran. Namun, dia bertanya-tanya kenapa justru markas Brimob yang diserang.
"Kami lari sampai di depan itu, depan pinggir jalan saya kira tawuran tapi arahnya nyerang ke asrama. Di mako itu kan samping-sampingnya asrama Polri, jadi kami bertahan di situ. Kami sisir dorong massa sebelah Tanah Abang ke kiri, sebelah Slipi diserang juga," katanya.
Namun, massa kala itu berjumlah ratusan orang sedangkan petugas pengamanan hanya berjumlah sekitar 50-60 orang. Ibrahim mengaku kewalahan untuk mengurai massa yang berjumlah ratusan itu.
Awalnya, Ibrahim sudah memberikan tembakan peringatan tetapi tak berbuah hasil. Saat itu juga Ibrahim mengatakan jika diperintah untuk tidak menggunakan senjata api dan peluru tajam.
Dia dan puluhan petugas lainnya langsung mengganti dengan peluru karet. "Tidak ada peluru tajam," katanya.
Sekitar pukul 04.00 WIB, Ibrahim mengatakan pihaknya mengontak HT Garda 00 untuk meminta bantuan pengurai massa dari arah Slipi. Saat bantuan telah tiba, mereka pun mendorong massa di Tanah Abang mundur sampai Pelni.
Namun, saat pukul mundur massa berlangsung, pihaknya pun terkendala dengan amunisi gas air mata yang tinggal dua peluru. Sekitar pukul 05.30 WIB, Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy tiba di lokasi.
Gatot memerintahkan pasukannya untuk tidak ada lagi suara tembakan dikeluarkan. Ibrahim mengatakan dia bersama pasukannya pun bertahan dengan tembakan gas air mata.
"Salah satu pasukan bilang 'izin komandan amunisi sisa dua, bertahan? Sudah bertahan saja gimana caranya, bertahan. Waktu itu sudah pecah berkumpul lagi mereka. Sudah ada provokator di depan bilang maju, serang, maju, serang, saya mau tidak mau tembakan karet terpaksa karena sudah ganas. Demi Allah tidak ada sama sekali peluru tajam," ucapnya.
Ibrahim mengatakan dirinya pun menarik salah satu pasukan yang masih berdiri di depan barisan. Dia pun menggantikan prajuritnya itu.
Saat lari dari serangan massa, Ibrahim terjatuh. "Artinya saya paling belakang, ketika saya lari, HT jatuh kan, ada mic kecil kesandung dengan HT kelilitlah, saya jatuh, batu-batu sudah ini, prak kena juga, saya sudah setengah pingsan, anggota saya narik saya. Kalau tidak ditarik mungkin saya sudah dikeroyok," ujarnya.
Sebelum terjatuh, Ibrahim sempat melihat massa yang melakukan penyerangan memiliki tato di badannya. Dia juga melihat karung berisikan batu yang telah disediakan.
"Beberapa pendemo kami tangkap bertato, waktu kami tangkap kan sempat dia kabur bajunya robek bertato. Ada beberapa karung isinya batu, karung Bulog," jelasnya.
Berbeda dengan Ibrahim, salah satu polisi bernama Bripda Wahyu yang juga turun untuk menjaga keamanan Petamburan mengalami patah jari kelingking. Dia yang biasanya berjaga di Kedutaan Amerika pun turun untuk pengamanan di Petamburan. Wahyu berkata saat datang peristiwa rusuh pun sudah terjadi.
"Saya aplusan pagi, dua kompi pertama kali datang, satu dari PMJ, satu dari Sumatera Barat. Lemparan batu di mana-mana," ucapnya.