Setahun Bom Surabaya: Sempat Dikira Trafo Listrik Meledak
- VIVA/Nur Faishal
VIVA – Jozua Poli berbaur dengan ratusan jemaat Misa di Gereja Kristen Indonesia atau GKI Jalan Diponegoro Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu, 13 Mei 2018. Sekira 400-an jemaat berada di dalam bersiap-siap beribadah. Selaku Koordinator Jemaat, bersama pengurus lainnya Jozua mengatur jemaat.
Tiba-tiba suara ledakan terdengar. "Kejadiannya sekitar pukul 07.40 pagi, ada seorang ibu membawa dua orang anaknya, dia masuk melalui jalur yang salah (bukan pintu masuk)," kata Jozua ditemui VIVA di GKI Jalan Raya Diponegoro Surabaya, Jawa Timur, pada Senin, 13 Mei 2019.
Waktu itu, Jozua berada di luar sekitar pintu dalam masuk gereja. Pagar gereja terbuka dan area parkir sudah penuh dengan kendaraan milik jemaat. Saat ledakan terdengar, dia mengira trafo listrik yang berada di sisi selatan halaman parkir yang meledak. Dia baru keluar agak mendekat setelah ledakan kedua. Tiga menit kemudian terjadi ledakan ketiga.
Jozua baru sadar bukan trafo yang meledak setelah melihat lima remaja terluka dan lari ke belakang. Suasana waktu itu langsung kacau dan panik. "Banyak yang teriak dan menangis. Saya coba mengamati pelaku dari jarak sekitar sepuluh meter. Setelah itu asap pekat menyelubungi. Kami masih belum tahu kalau itu bom."
Beberapa menit kemudian, pasukan Polisi dan TNI datang ke lokasi. Jemaat yang ada di luar tidak diizinkan masuk, yang berada di dalam gereja tidak diizinkan keluar. "Baru setelah itu (setelah diperkirakan aman) ada proses evakuasi jemaat yang di dalam gereja. Waktu itu suasananya sangat kacau dan panik," ujar Jozua mengenang.
GKI bukan satu-satunya gereja yang jadi sasaran bom bunuh diri kala itu. Beberapa menit sebelumnya, bom bunuh diri meledak di Gereja Santa Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya. Dalam waktu hampir bersamaan, bom bunuh diri ketiga mengguncang Gereja Pantekosta di Raya Arjuno. Saat VIVA ke sana Senin siang, tak ada siapa pun bisa ditemui wawancara.
Hasil penyidikan polisi, pelaku bom bunuh diri itu ternyata satu keluarga yang terpapar kelompok teroris. Bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak bercela ialah dua pemuda bersaudara YF (18) dan FA (16). Bom di GKI dilakukan ibu mereka, Puji Kuswati (43) yang mengajak dua putrinya, FS (12) dan FR (9). Bom di Gereja Pantekosta ulah suami Puji, Dita Oepriarto (48). Mereka semua tewas.
Besoknya, Senin, 14 Mei 2018, giliran Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya jadi sasaran amuk bom bunuh diri. Pelakunya juga satu keluarga yang dimotori sang suami. Korban serangan ini belasan orang. Senin petang ini, peringatan setahun Bom Surabaya akan digelar di Gereja Santa Maria Tak Bercela. Sejumlah pejabat, tokoh agama, dan keluarga korban akan hadir.