Kelompok Anarcho Syndicalism Berkomunikasi via WhatsApp Grup
- VIVA/Yasir
VIVA – Polisi masih mendalami kelompok Anarcho Syndicalism yang berbuat keonaran di beberapa daerah saat perayaan Hari Buruh Internasional atau May Day pada Rabu, 1 Mei 2019. Dari hasil penyelidikan, kelompok ini berkomunikasi melalui media sosial WhatsApp.
"Mereka komunikasinya by WA (WhatsApp) grup. Kita dalami jejaring komunikasinya. Kumpul di titik 1, 2, 3, 4. Lalu bilang baju yang dikenakan baju warna gelap celana warna ini. Gerakan yang dibawa ada miras, pilox itu akan didalami. Semua coret menyoret membuat simbol mereka di area publik," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat, 3 Mei 2019.
Menurut Dedi, kelompok ini memang bukan berasal dari dalam negeri, melainkan berasal dari Rusia. Di Indonesia, kelompok ini baru berkembang beberapa tahun belakangan ini.
Aksi kelompok Anarcho Syndicalism di Indonesia memang terinspirasi dari kelompok Anarcho yang berada di luar negeri. Bahkan nama dan aksi yang dilakukan sangat mirip dengan kelompok yang ada di luar.
"Jadi mereka mengatur dan mengajak para buruh untuk tidak mengikuti regulasi pemerintah, perusahaan, regulasi serikat buruh. Mereka ingin mengatur sebebas-bebasnya. Masalah penggajiannya, sistem kerjanya, hak-haknya," katanya.
Pada perayaan May Day tahun 2018 lalu, Dedi menuturkan kelompok ini sudah ada. Namun belum ada upaya sifatnya yang memprovokasi, memancing keonaran, melakukan vandalisme dan melakukan pengrusakan fasilitas umum secara masif.
"Baru tahun ini terlihat gerakan seperti itu. Karena jumlah mereka tahun ini cukup banyak juga," katanya.
Lebih lanjut, Dedi menuturkan bahwa kelompok ini memanfaatkan momentum May Day untuk membuat keonaran. Saat ini, kata Dedi, Polri masih mendalami siapa tokoh penggerak kelompok ini di dalam negeri. (mus)
Apa Anarcho Syndicalism? Cek penjelasannya dalam video di bawah ini: