Kisah Anak-anak Raja Ampat Papua Arungi Laut Demi Lawan Kemiskinan
- bbc
"Saya ingin anak-anak terus sekolah, tapi kalau bapak tidak melaut, tidak ada uang, tidak ada yang bisa menjamin mereka," kata Persila Falon, ibu Felix.
"Kalau ada uang, Felix bisa terus lanjut, kalau tidak ada, ya dia duduk-duduk saja di rumah. Semua tergantung bapak, bisa bekerja atau tidak, kesehatannya sedang terganggu," tutur Persila.
Perekonomian buruk menjadi tantangan lain yang dihadapi Felix dan kawan-kawannya di perantauan. Tahun 2018, setengah penduduk Raja Ampat (53,88%) merupakan penerima beras miskin, beras sejahtera, dan bantuan pangan non-tunai.
Setidaknya itu dikatakan Lince, satu dari tiga induk semang pondokan pelajar Soop di Samate.
"Kalau ada lauk mereka makan ikan. Kalau tidak, hanya nasi kosong dengan teh. Kalau bapak-bapak mereka datang ke pondok, mereka bisa makan bagus," ujarnya.
"Saya jaga mereka dengan doa saja. Anak-anak masih semangat sekolah, tapi orang tua mereka tidak tahu, mereka tidak dijaga dengan baik," kata Lince.
Raja Ampat terdiri dari sekitar 300 pulau yang terbentang di wilayah seluas 46.108 kilometer persegi. Luas ini 69 kali lebih besar daripada DKI Jakarta atau 29 kali luas London.
Pemkab Raja Ampat mengklaim 27.000 turis datang ke daerah mereka tahun 2017. Jumlah itu disebut terus meningkat.
Raja Ampat diklaim sebagai jantung segitiga karang dunia dan pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Salah satu alasannya, 70% spesies karang di dunia ada di lautan Raja Ampat.
Meski begitu, seluruh titel itu dianggap bertolak belakang dengan wajah pendidikan Raja Ampat.
Merujuk data Badan Pusat Statistik, angka partisipasi murni Raja Ampat di tingkat SMP dan SMA adalah salah satu yang terendah di Indonesia.
Angka partisipasi murni SMP dan SMA di Raja Ampat masing-masing mencapai 51,52 dan 44,86. Adapun, penduduk di kepulauan itu rata-rata hanya 7,57 tahun menempuh pendidikan formal.