Kisah Anak-anak Raja Ampat Papua Arungi Laut Demi Lawan Kemiskinan
- bbc
Rumah tinggal sementara seluas 2x3 meter itu berdiri atas kebaikan sejumlah penduduk Samate yang bersedia meminjamkan lahan mereka.
Felix dan belasan kawannya menetap di tujuh pondokan yang saling bersebelahan.
Lima tempat tinggal sementara itu tak teraliri listrik. Baru dua pondokan yang mendapat pinjaman listrik gratis dari gereja di seberang mereka.
Pondokan sederhana itu juga tak memiliki kamar mandi. Seperti Felix, anak-anak dari Soop itu hanya bisa membasuh diri di pantai atau sumur milik gereja.
"Di pondok tidak ada listrik, kalau belajar malam, mata sakit," kata Felix.
"Air minum kami ambil dari sumur atau air hujan. Tapi air sumur keruh, kalau dimasak ada ampas," tuturnya.
Bagaimanapun, niat Felix menyongsong masa depan tak goyah walau ia harus hidup serba terbatas di pulau perantauan.
"Saya tidak masalah tinggal jauh dari keluarga karena ingin membanggakan orang tua. Saya ingin terus lanjut sekolah supaya bisa meraih cita-cita," kata Felix.
"Saya tidak mau jadi nelayan seperti bapak, dia bekerja setengah mati, semakin sulit mencari ikan, seminggu baru pulang dari laut," tuturnya.
Felix adalah satu dari sebagian anak Raja Ampat yang beruntung mampu mengenyam pendidikan formal. Kakak tertua Felix, Almirius Trison Burdam, misalnya tak tamat SD.
Almirius kini mencari ikan seperti ayahnya atau hanya berdiam di rumah jika cuaca sedang buruk.
Sementara itu abang kedua Felix saat ini duduk di bangku SMA dan dititipkan ke sanak familinya di Kampung Dorehkar, Kepulauan Ayau, wilayah terluar Indonesia di utara Papua Barat.