Kementan: Pengelolaan Air Jadi Kunci Suksesnya Pertanian Lahan Rawa
VIVA – Pengairan menjadi persoalan utama dalam mengelola lahan rawa. Pasalnya, saat musim hujan air kadang berlebih. Sebaliknya saat musim kemarau lahan rawa menjadi kering.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy mengatakan, selama ini petani di lahan rawa cukup puas hanya melakukan pertanaman padi satu kali dalam setahun. Alasan utamanya adalah saat musim hujan (rendeng), areal pertanian selalu tergenang air.
Karena itu menurut Sarwo, prinsip dalam pengelolaan lahan rawa adalah tata kelola irigasi. Dengan prinsinp tersebut, dapat mengatasi kekurangan air (air baku pertanian) pada saat musim kemarau. Begitu juga saat musim hujan bisa membuang kelebihan air, sehingga mampu memproteksi lahan dari genangan banjir saat musim hujan.
“Jadi secara operasional bisa melakukan sirkulasi untuk mengatasi masalah kualitas air,” kata Sarwo saat Diskusi Program Serasi, Solusi Meningkatkan Produksi Pangan yang digelar Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) di Jakarta, Rabu (24/4).
Beberapa kegiatan yang pemerintah lakukan dalam optimasi lahan rawa adalah SID (survei investigasi desain) sederhana terhadap potensi lahan rawa dan rehabilitasi jaringan irigasi.
“Kita lebih banyak bergerak di jaringan tersier, karena untuk irigasi sekunder dan primer ada Kementerian PUPR. Kita di jalur yang seusai peraturan yang ada sesuai yang diamanatkan Kementan,” katanya.
Untuk tata kelola air ini, ungkap Sarwo, pemerintah melakukan perbaikan dan pembangunan polder melalui upaya penambahan tinggi polder/tanggul besar dan tanggul kecil pembatas lahan. Kegiatan lainnya adalah rehabilitasi dan pembangunan pintu air irigasi pada saluran irigasi.
“Kita juga merehabilitasi dan normalisasi saluran irigasi tersier, saluran pembagi, storage/kolektor, dan saluran pembuang (drainase),” ujarnya.
Pemerintah juga memberikan bantuan pompa air, pengadaan pipa/gorong gorong, pengolahan lahan, dan bantuan alat dan mesin pertanian.
“Melalui tanaman pangan, kita bantu sarana produksi, benih, pupuk, dolomit dan herbisida,” tambah Sarwo.
Sementara itu Setditjen Tanaman Pangan, Bambang Pamudji mengatakan, pihaknya lebih banyak pada kegiatan bantuan saran produksi seperti benih, pupuk dan dolomit herbisida. Tiap hektar lahan rawa mendapatkan bantuan benih 80 kg/ha. Jumlah tersebut lebih banyak dari budidaya di lahan irigasi, karena pola tanamnya sistemtebar. Sedangkan untuk bantuan dolomitsebanyak 1.000 kg/ha, herbisiada 5 liter/ha.
“Benih yang kita berikan dari jenis yang sesuai dengan kondisi rawa, dolomit yang memiliki kekasaran 80, sedangkan herbisida yang biasa di lahan rawa,” pungkasnya.