Logo timesindonesia

Mengenal Jeren Kencak, Salah Satu Kesenian di Bondowoso

Kuda Kencak saat menunjukkan kemampuannya, yakni dengan berdiri, dalam sebuah kegitan di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Kuda Kencak saat menunjukkan kemampuannya, yakni dengan berdiri, dalam sebuah kegitan di Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Kabupaten Bondowoso Jawa Timur, mempunyai banyak budaya dan kesenian. Selain Singo Ulung dan Ujung, kabupaten berjuluk Republik Kopi ini, juga mempunyai kesenian Jeren Kencak.

Nama Jeren Kencak sendiri serapan dari Bahasa Madura, yang artinya kuda jingkrak. Kesenian ini biasanya dipertontonkan saat pesta perkawinan, selamatan desa, sunatan, karnaval, serta berbagai macam perayaan dan selamatan yang lain.

Biasanya, kuda dalam atraksi Jeren Kencak tersebut dipasangi aksesoris berupa sayap buatan. Sehingga tampak seperti Pegasus atau kuda bersayap, seperti yang ada dalam mitos Yunani.

Dipandu oleh seorang pawang, Jeren Kencak biasanya menunjukkan atraksinya dengan cara berjingkrak-jingkrak, sambil diikuti musik tradisional gong, gendang, dan dipadukan dengan alat musik tradisional lainnya.

Tak hanya berjingkrak, juga bisa menunjukkan atraksi yang lain. Misalnya berdiri, duduk, bersujud (nyempe), dan bergendong ke pawangnya.

Arip (48 tahun), salah seorang pemilik kuda untuk Jeren Kencak asal Kecamatan Sumberwringin, mengatakan, bahwa semua kuda bisa dilatih.Tapi, kata dia, kuda yang dipilih ukurannya sedang, tidak terlalu kecil dan tak terlalu besar. Sementara latihannya seminggu dua kali.

“Kuda harus terus dilatih, agar bisa naik di kursi, naik di pundak pawangnya, berdiri, dan nyempe (bersujud),” jelas pria kelahiran tahun 1997 tersebut.

Menurutnya, di Bondowoso banyak yang punya kuda untuk Jeren Kencak, misalnya ada di Sukosari, di Tlogosari dan beberapa daerah yang lain.

Dia juga menjelaskan bahwa pawangnya adalah satu orang kalau atraksi, sedangkan untuk kuda kencak baru membutuhkan dua orang. “Kalau kencak itu, hanya bisa berjingkrak-jingkrak. Kalau atraksi bisa nyembah, berdiri, duduk dan tidur,” sambungnya.

Dalam setiap latihan tersebut, dia bersama pemilik kuda kencak yang lain juga melibatkan anak muda. Tujuannya agar ada regenerasi. "Ya suapaya kesenian ini tidak hilang. Harus melibatkan anak muda juga, biar kesenian ini lestari," harapnya. 

Seperti diakuinya, pria asli Kabupaten Bondowoso ini, menekuni kesenian Jeren Kencak sejak tahun 1991, saat berumur 20 tahun. Sampai saat ini dia tetap melestarikan kekayaan Nusantara tersebut.(*)