Pemprov Jabar Konversi ke Kompor listrik, Lebih Ramah Lingkungan?
- bbc
"Kalau itu dianggap sebagai langkah untuk mengurangi atau mengonversi atau menggalakkan energi yang lebih ramah lingkungan, itu menurut saya hanya memindahkan energi primer (minyak dan gas) yang tadinya di rumah-rumah menjadi ke pembangkit," kata Pandji.
Klaim efisiensi juga disanggah Pandji.
Ia mengatakan, penggunaan energi primer, yakni minyak dan gas, justru lebih efisien lantaran langsung menghasilkan panas ketika dibakar. Sementara, kompor listrik merupakan hasil energi primer yang dibakar di pembangkit listrik.
Pandji mengatakan, ketika bahan bakar minyak dikonversi menjadi listrik, energi listrik yang bisa dimunculkan hanya 30%-40% dari energi awal. Sehingga ada kehilangan di pembangkit sekitar 60%-70%, bahkan itu akhirnya dibuang ke lingkungan.
"Padahal, kalau kita pakai energi primer langsung, misalnya minyak, gas atau bahkan batu bara, hampir semua atau sekitar 70% bisa menjadi panas yang bisa kita manfaatkan," jelas Pandji.
Dan, yang menurut Pandji "mengerikan", adalah penggunaan kompor listrik justru akan mengambil energi dari alam berkali-kali lipat.
"Misalnya, sekali masak kita membutuhkan 100 energi dalam bentuk panas kalau saya pakai kompor gas biasa. Dengan segala efisiensinya, saya akan membutuhkan gas, mungkin sekitar 150 sampai 200 karena kehilangan luarnya. Artinya, energi yang kita ambil dari alam itu sekitar 200.”
"Tapi kalau kita pakai kompor listrik, sementara pembangkit kita adalah pembangkit yang efisiensinya 30 persen, itu berarti energi yang diambil dari alam itu sekitar 300. Jadi energi yang diambil dari alam akan lebih besar kalau kita pakai kompor listrik dibanding kompor yang langsung menggunakan bahan bakar yang dibakar," tuturnya.