Ketua KPK Tegaskan Jangan Giring Kasus Bowo Sidik ke Ranah Pilpres
- VIVA.co.id/Fajar GM
VIVA – Komisi Pemberantasan Korupsi turut menyita 84 kardus berisi uang dalam 400 ribu amplop saat operasi tangkap tangan anggota Komisi VI DPR RI, Bowo Sidik Pangarso. Uang itu terkait kasus suap jasa angkut pupuk.
Saat disita KPK, uang di dalam amplop diketahui pecahan Rp50 ribu dan Rp20 ribu dengan total sekitar Rp8 miliar. Uang itu pun diakui Bowo saat menjalani pemeriksaan KPK akan digunakan sebagai kepentingan pencalonannya sebagai petahana anggota DPR.
Namun, langkah Bowo yang menyiapkan 400 ribu amplop untuk serangan fajar dinilai terasa janggal. Dengan asumsi satu amplop untuk satu pemilih, jumlah 400 ribu amplop itu terlalu berlebihan untuk seorang caleg petahana Dapil Jateng II.
Berkaca pada Pemilu 2014, dapil Jateng II yang terdiri dari Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara, dan Kabupaten Kudus memperebutkan tujuh kursi di Senayan. Dengan 1.579.820 suara sah dari total pemilih saat itu yang memakai hak pilihnya 2.150.169, Partai Golkar menduduki peringkat teratas dengan raihan 448.420 suara.
Sementara Bowo sendiri melenggang ke Senayan dengan raihan suara 66.909 ketika itu. Karena itu muncul kecurigaan dari sejumlah kalangan bahwa Bowo juga akan pakai uang-uang itu untuk ‘serangan fajar’ di ajang pemilihan presiden.
Menanggapi hal tersebut Ketua KPK Agus Rahardjo punya analogi lain. Agus berspekulasi Bowo Sidik ingin menjaring suara dengan cara random. "Misalnya begini ya, kamu menyebar 100 amplop, belum tentu semua pilih kamu, misalnya kebutuhan kamu cuma 40 mungkin yang di depan memang jauh lebih banyak dari itu supaya dapat 40 itu logikanya begitu," kata Agus ditanya awak media di kantornya, Jakarta, Jumat, 29 Maret 2019.
Kendati begitu, dijelaskan Agus, dimungkinkan masing-masing calon memiliki perhitungan tersendiri. Karena itu KPK akan menelisik lebih jauh mengenai amplop-amplop tersebut.
"Kan perhitungan masing-masing. Mungkin lihat situasi di lapanganya. Saya sendiri tidak bisa memberikan saran itu. Tetapi seperti random saja, menjaring konsituen saja. Jadi tebar banyak saya harapannya dapat lebih banyak suara," ujar Agus menambahkan.
Agus sendiri memastikan, pihaknya tak akan menyentuh sisi politik dalam mengusut kasus ini. Dia juga tidak mau hal-hal tersebut ditarik ke ranah Pilpres, meskipun akan bersinggungan apabila ditemukan bukti-bukti hukum ke arah sana nantinya.
"Jangan lari ke sana (Pilres). Ini penegakan hukum. Saya tidak melihat itu. Ini penegakan hukum jadi sama sekali kami enggak akan memainkan politik itu," tegasnya.
"Ya nanti kami ikuti coba teman-teman penyidik kemudian menemukan apa (saat penyidikan). Kan belum ditanya secara tuntas ke yang bersangkutan."
Sebelumnya, saat pihak KPK menggelar konferensi pers terkait kasus Bowo, lembaga antirasuah tersebut juga memperlihatkan 84 kardus yang dikatakan berisi uang. Namun cuma amplop-amplop yang di luar kardus yang kemudian diperlihatkan kepada publik.
Bahkan beredar informasi di kalangan media, amplop tersebut disiapkan untuk ‘serangan fajar’ terkait Pilpres. Dugaan ini menguat lantaran dalam konferensi pers itu, saat tim KPK menunjukkan beberapa amplop yang ada di luar kardus, terlihat tanda seperti cap ujung jempol di sisi luar amplop.
Awak media yang mengikuti konferensi pers ini meminta KPK untuk menunjukkan amplop-amplop yang berada di dalam kardus. Permintaan ini untuk memastikan lagi soal adanya cap jempol atau tanda lainnya yang terkait Pilpres. Namun, KPK tidak mengabulkan permintaan itu lantaran terbentur prosedur hukum dalam membuka barang bukti. (mus)