Logo ABC

Enam Bulan Gempa Palu, Krisis Belum Juga Berlalu

Tombeng menatap laut yang enam bulan lalu mengirimkan bencana. Namun kini laut yang sama memberikan ketenangan pada dirinya.
Tombeng menatap laut yang enam bulan lalu mengirimkan bencana. Namun kini laut yang sama memberikan ketenangan pada dirinya.
Sumber :
  • abc

Namun, katanya, justru upaya para penyintas membangun kembali kehidupan mereka cenderung dilupakan oleh media.

Profesor Ewart menjelaskan, memberi kesempatan bagi penyintas untuk berefleksi atas pengalaman traumatik mereka sangatlah penting.

Menurut dia, yang tak kalah pentingnya bagi media dalam meliput bencana, yaitu membicarakan bagaimana dapat menghindari hal serupa di masa depan.

Adnan, yang juga dosen manajemen konstruksi, melihat perlunya perubahan untuk perlindungan bencana di masa depan.

"Mereka harus menegakkan aturan pembangunan. Di daerah yang rawan gempa, kita seharusnya memperkuat struktur, kolom dan balok dari suatu bangunan," katanya.

"Saya berada di dalam bangunan ketika terjadi getaran. Bangunan itu terasa akan runtuh. Itu pengalaman saya. Sangat traumatis dan mengubah banyak hal," tambahnya.

Direktur Pemulihan dan Peningkatan Fisik pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Neulis Zuliasri menjelaskan, ada dua pola pembangunan rumah bagi korban bencana.

"Ada yang direlokasi karena berada di zona "merah" rawan gempa, rawan tsunami atau di daerah terdampak likuifaksi," katanya kepada jurnalis ABC Farid M. Ibrahim.

Mereka ini harus direlokasi ke daerah aman, yang untuk Kota Palu telah ditetapkan lahan seluas 560,93 hektar di Kelurahan Duyu, Kelurahan Tondo dan Kelurahan Talise.

"Sedangkan untuk Kabupaten Sigi seluas 362 Ha terletak di Kecamatan Sigi Biromaru, tepatnya di Desa Pombewe dan Desa Oloboju," jelas Neulis.