Situs Pra-Majapahit Menghadap ke Gunung Para Dewa

Eskavasi Situs Sekaran di kilometer 37 seksi lima proyek jalan Tol Malang-Pandaan di Desa Sekarpuro, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Senin, 18 Maret 2019.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Penggalian atau eskavasi Situs Sekaran di kilometer 37 seksi lima proyek jalan Tol Malang-Pandaan di Desa Sekarpuro, Kabupaten Malang, Jawa Timur, makin luas hingga 375 meter persegi, dengan kedalaman 50 sentimeter di atas permukaan tanah.

Misteri Wajah Asli Patih Gajah Mada, Mirip Mohammad Yamin?

Badan Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan menyatakan, tim ahli masih mencari pola bentuk bangunan situs Sekaran. Namun, arah bangunan situs mulai terlihat mengarah ke arah Timur Laut atau Gunung Semeru.

"Sebagai gambaran awal, pintu gerbang mengarah Timur Laut mengarah ke Gunung Semeru, di mana gunung itu pada saat itu dianggap sebagai tempat para dewa bersemayam," kata arkeolog BPCB Trowulan, Wicaksono Dwi Nugroho, di lokasi penggalian pada Senin 18 Maret 2019.

Nilai 3 Artefak Langka Zaman Majapahit yang Dicuri Capai Rp 46 Miliar

Berdasarkan temuan termutakhir, tim ahli mendapati batu bata hingga radius 24 meter dari titik awal. Tim ahli sedang mencari pola bangunan, apakah berbentuk segi empat atau justru membentuk pola panjang dengan lekukan.

Eskavasi Situs Sekaran di kilometer 37 seksi lima proyek jalan Tol Malang-Pandaa

AS Kembalikan Barang Antik Milik Indonesia yang Dicuri, Ada 3 Artefak Majapahit

Tim BPCB, juga sudah dapat melihat lapisan tanah yang tidak batu batanya dan di sana ekskavasi dihentikan. Beberapa lokasi, dengan struktur batu bata yang masih baik ditelitik lebih detail.

Situs Sekaran diperkirakan adalah situs bangunan suci menyerupai pertirtaan maupun sebuah candi. Sedangkan soal dugaan permukiman terbantahkan, sebab tidak ditemukan bekas atap dari bangunan. Pun tidak ditemukan benda-benda perabotan.

"Kalau permukiman, sepertinya bukan. Iya, bisa (situs suci), tetapi resminya menunggu kajian akhir. Karena, kalau permukiman tidak ditemukan bekas atas seperti genteng maupun ijuk. Kalau di Trowulan, kita menemukan itu ada bekas genteng di Trowulan," ujar Wicaksono.

Batu bata yang ditemukan ada yang tertata rapi, juga ada yang berantakan seperti sebuah tumpukan batu bata. Di titik awal, ada 15 lapis batu bata diduga seperti sebuah anak tangga. Sedangkan wilayah terluar sebelah barat dari lokasi awal, ada tatanan batu bata. Terbaru ditemukan empat baris batu bata miring masing-masing terdiri dari 27 batu bata.

“Belum diketahui bangunan apa. Tetapi, sepintas posisinya sudah mengalami kerusakan atau keruntuhan. Beberapa tatanan bata bisa dikarenakan proses alam atau kena bajak sawah, karena sebelumnya ini sawah ternyata pernah ditanami tidak subur, karena mungkin ini bata. Akhirnya dibiarkan menjadi lahan biasa, memang di beberapa titik ada bata yang morat-marit," katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya