Sultan HB X Ingin Ribuan Manuskrip Keraton Yogya Dikembalikan Inggris
- VIVA/Cahyo Edi
VIVA – Ribuan naskah manuskrip milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, diketahui berada di Inggris. Salah satu tempat yang banyak menyimpan naskah milik Keraton ini adalah British Library.
Ribuan naskah milik Keraton ini berpindah tangan ke Inggris di tahun 1812. Kala itu, pasukan Inggris melakukan invasi dan menjarah isi Keraton, termasuk naskah-naskah dan barang berharga lainnya. Peristiwa invasi dan penjarahan Keraton ini dikenal dengan nama Geger Sepohi
Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB X melakukan sejumlah upaya untuk mengembalikan naskah milik Keraton. Upaya meminta kembali naskah milik Keraton ini mulai dirintis sejak zaman pemerintahan Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri.
Sultan mengatakan, di masa itu Indonesia tengah melakukan kerja sama dengan Pemerintah Inggris. Salah satunya, kerja sama di bidang pendidikan dan kebudayaan.
Mengetahui ada kerja sama tersebut, Sultan HB X pun memasukkan pengembalian naskah milik Keraton ke dalam isi kerja sama. Keinginan Sultan HB X pun, kemudian mendapatkan sinyal positif.
"Saya tanya ke konsul pendidikan dan kebudayaan kit, apakah sudah ada isinya (perjanjian pendidikan dan kebudayaan) belum? Katanya 'belum'. Ta isine (saya isikan)," kata Sultan, Selasa 5 Maret di acara International Symposium on Javanese Studies and Manuscript of Keraton Yogyakarta.
"Saya ngisinya (poin perjanjian), bisa tidak saya mendapatkan sesuatu terhadap naskah Keraton Yogyakarta. Entah itu dikembalikan, entah baik itu fotocopy, digital atau apapun, yang penting kami tahu naskah Keraton Yogyakarta yang ada di Inggris itu kami dapat," ucap Sultan HB X.
Usai adanya kesepakatan kerja sama antara Indonesia dengan Inggris ini, Sultan HB X pun mengirim surat ke British Library. Surat itu berisi permintaan pengembalian naskah-naskah milik Keraton Yogyakarta.
"Prosesnya (pengembalian naskah milik Keraton) itu memang tidak mudah. Kita juga bolak-balik untuk tahu naskah apa saja yang ada di sana. Kan, selama ini kita tidak tahu (naskah apa saja yang dibawa ke British Library)," ucap Sultan HB X.
Untuk mengetahui dan membawa pulang naskah milik Keraton dari British Library ini, Sultan HB X membutuhkan waktu sedikitnya lima tahun. Waktu itu dipakai untuk bertemu dan melakukan lobi Duta Besar Inggris, datang ke British Library dan mengecek naskah-naskah apa saja yang disimpan di sana.
"Pengalaman selama ini hanya negosiasi, bertemu duta besar, melihat naskah. Melihat yang dipilih. Itu proses lima tahun sendiri," kata Sultan HB X.
Setelah negosiasi itu, sebanyak 75 naskah milik Keraton pun dikembalikan oleh British Library. 75 naskah yang dikembalikan ini bukanlah naskah asli, melainkan naskah digital.
Jumlah naskah yang dikembalikan ini jauh jumlahnya dibandingkan dengan naskah yang dijarah, saat Geger Sepohi. Sultan HB X menyebut ada ribuan naskah milik Keraton Yogyakarta yang dibawa oleh Inggris, baik yang tersimpan di British Library maupun di individu.
"Naskah pada masa HB II, menurut sejarawan Profesor Joko Suryo, ketika itu lebih dari 7.000 naskah yang dibawa ke Inggris," kata Sultan HB X. (asp)