Jumlah Bissu, Pendeta Bugis Kuno di Masyarakat Lokal Kian Menyusut
- abc
Sementara menurut antropolog Professor Halilintar Lathief yang meneliti Bissu dalam beberapa dekade terakhir, menyebut posisi keagamaan Bissu dalam Bugis kuno sebagai perantara manusia dan Tuhan.
Dia menjelaskan bahwa dalam tatanan masyarakat kuno tersebut, dunia atas (langit) dipandang sebagai laki-laki dan dunia bawah sebagai perempuan sehingga hanya Bissu dengan kecenderungan dualitasnya yang mampu menjadi perantara.
Proses menjadi Bissu memerlukan syarat yang cukup berat termasuk kemampuan untuk menunjukkan kekebalan tubuh dengan cara menusuk-nusukkan keris ke leher sendiri.
Mereka juga diharuskan untuk menghentikan keinginan untuk berhubungan seksual.
Hingga tahun 1940-an, para Bissu dalam masyarakat Bugis masih memainkan peran sentral dalam menjaga tradisi kerajaan Bugis termasuk upacara pelantikan raja.
Menurut Prof Halilintar, Bissu bukan saja harus hadir dalam upacara tersebut, melainkan berperan sebagai pihak yang mengatur tata-cara dan kepatutan pelantikan raja tersebut.